Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Tuduh China Lakukan "Intimidasi" di Laut China Selatan

Kompas.com - 05/11/2019, 16:23 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

BANGKOK, KOMPAS.com - AS menuding China melontarkan kecaman terkuat kepada China dengan menuduh mereka mengintimidasi kawasan Laut China Selatan.

Dua kekuatan besar dunia itu saling melemparkan tuduhan dalam KTT ASEAN yang dilangsungkan di Bangkok, Thailand, terkait Laut China Selatan.

Jika AS menuduh China melakukan intimidasi, maka Beijing membalas dengan menyebut Negeri "Uncle Sam" telah memperkeruh suasana.

Baca juga: Terbang di Atas Laut China Selatan, Pilot Helikopter Australia Diserang Laser

Beijing mengklaim sebagian besar laut, di mana mereka dituding membangun fasilitas militer, pulau buatan, hingga mengerahkan kapal nelayan.

Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O'Brien menekankan tentang perlunya kebebasan navigasi selama KTT ASEAN, dilansir AFP Senin (4/11/2019).

"Beijing sudah mengintimidasi negara Asia Tenggara untuk mengeksploitasi laut mereka sendiri. Negara besar harusnya tak perlu merisak negara lain," katanya.

Kementerian Luar Negeri AS kemudian merilis laporan strategi Asia-Pasifik mengecam China untuk klaimnya, dengan menyebutnya sembilan garis putus-putus.

Dalam laporannya, Washington menyatakan klaim Negeri "Panda" soal "sembilan garis putus-putus" tak masuk akal, tak berdasar, serta tidak sah.

Washington semakin keras kepada China terkait Laut China Selatan. Tetapi, mereka meminta negara pengklaim menyelesaikannya secara damai.

China mengklaim kawasan tersebut berdasarkan peta yang dibuat pada 1940-an, ketika Beijing baru terbentuk dan merebut sebuah pulau dari kekuasaan Jepang.

Negeri "Panda" kemudian mendeklarasikan diri sebagai perwakilan tunggal China setelah mengalahkan nasionalis yang mengungsi ke Taiwan.

Baca juga: AS Usulkan Sanksi jika China Berperilaku Ilegal di Laut China Selatan

Keraguan akan Komitmen AS

China melalui Wakil Menteri Luar Negeri Le Yucheng menuduh negara luar "ikut campur", dan mempertanyakan komitmen AS akan perairan tersebut.

"Beberapa negara non-kawasan nampaknya tidak bisa hidup tenang jika tidak mencampuri masalah perairan di Laut China Selatan," sindir Le.

Sebagai tanggapan, O'Brien kemudian berdalih mereka bukanlah sosok yang turut campur. "Kami datang jika diundang. Tidak seperti negara lain," ujarnya balik menyindir.

Vietnam, Taiwan, Filipina, Malaysia, dan Brunei merupakan negara di Asia Tenggara yang juga turut mengklaim bagian di jalur perdagangan dunia itu.

Tensi memanas dalam beberapa pekan terakhir setelah Beijing diketahui mengirim kapal pemantau di wilayah yang diklaim oleh Hanoi.

Baca juga: Kapal Perang AS Berlayar ke Laut China Selatan, China Minta Provokasinya Dihentikan

Meski pun sama-sama negara komunis dan mempunyai perselisihan terkait perairan, Vietnam disebut hendak melancarkan kecaman terkuat atas insiden terbaru.

Lebih lanjut, pakar juga mempertanyakan komitmen AS meski mereka mengecam aktivitas China. Terlebih jika melihat level pejabat yang diturunkan.

O'Brien adalah pejabat terendah yang pernah dikirim oleh AS ke KTT ASEAN sejak mereka mendapatkan undangan tahunan pada 2011 silam.

Setiap tahun, pertemuan itu biasanya dihadiri oleh kepala negara. Namun dalam edisi tahun ini, Presiden Donald Trump disebut sibuk dengan agenda kampanye.

Perdana Menteri Li Keqiang menawarkan nada rekonsiliasi, di mana mereka siap untuk membuat panduan guna meredakan tensi.

Namun China dilaporkan berulang kali menunda upaya regional pada pedoman, dan memilih pendekatan bilateral guna meningkatkan pengaruhnya.

Baca juga: Ada Ratusan Kapal China di Wilayah Sengketa Laut China Selatan, Filipina Protes

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com