Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

The Sisters of the Valley: "Biarawati" yang Meyakini Kekuatan Medis Ganja

Kompas.com - 04/11/2019, 05:30 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Mengenakan kerudung dan pakaian berwarna putih-hitam, orang akan mengira mereka adalah seorang biarawati Katolik.

Namun, mereka bukanlah kelompok beragama. Malahan, mereka merupakan anggota The Sisters of the Valley. Persaudaraan yang meyakini kekuatan medis ganja.

Berada di utara California, AS, organisasi itu menanam ganja di lahan penuh matahari, terselip di antara kebun anggur dan apel.

Baca juga: Sebelum Begal Korban, Geng Motor di Kalideres Selalu Konsumsi Ganja

Dilansir ABC News September 2018, para "biarawati" The Sisters of the Valley menggunakan kandungan cannabidiol (CBS) untuk keperluan medis.

"Mereka menganggapnya rami karena tidak akan membuat penggunanya teler, tetapi ini adalah ganja," kata Suster Kate, yang nama aslinya Christine Meeusen.

Kate menerangkan, mereka meyakini khasiat mariyuana untuk pengobatan dan mengklaim bisa mengembangkan cairan untuk membuat konsumennya tak teler.

The Sisters of the Valley menyatakan, mereka menjual obat untuk berbagai jenis keluhan, seperti asma, radang sendi, dan kecemasan.

Produk mereka yang paling banyak dicari adalah khusus perdagangan, di mana mereka mengklaim meraup 3.000 dollar AS, sekitar Rp 42 juta, per hari.

Pelanggan utamanya berasal dari Kanada, Australia, dan AS. Pada tahun lalu, mereka meraup hingga 750.000 dollar AS atau Rp 10,5 miliar.

Kate menjelaskan, mereka mempunyai sejumlah anggota, dengan enam di antaranya bekerja bersama dengan dua "saudara laki-laki".

Dia mengatakan, mereka jelas membutuhkan pria dan tidak ingin eksklusif.

"Kami hanya ingin perempuan yang mengelola bisnis ini," ujarnya.

Kate, atau Meeusen, adalah pemimpin organisasi. Mantan konsultan pemasaran yang mempunyai dua anak, dan memulai kembali hidupnya setelah pernikahannya kandas.

Dia mengungkapkan, bisnis penanaman mariyuana itu mulai berkembang sejak pergerakan Occupy Wall Street yang terjadi pada 2011.

Karena itu, dia dan sejumlah orang yang mempunyai visi sama berhasrat untuk tinggal di sebuah lingkungan dan memulai "sosialisme sehat".

Baca juga: Polisi Tangkap Pengedar Sabu dan Ganja di Pesanggrahan

Kepada Fairfax, dikutip news.com.au pada April 2017, Suster Kate menuturkan, setelah ganja dipanen, mereka akan mengeringkannya dan memasak menggunakan minyak kelapa.

Setelah itu mereka akan meniriskannya, mencampurnya dengan minyak tertentu, sebelum kemudian menuang cairan racikan ke botol untuk dijual.

Dia mengaku praktik yang mereka lakukan tergolong kontroversial. Bahkan, mereka sempat mendapatkan sejumlah telepon ancaman. Namun, Kate menegaskan, mereka mendapat dukungan.

"Pihak Katolik mulai mengerti apa yang kami lakukan," terang Suster Kate.

Dia menceritakan Katolik mulai melunak setelah melihat bahwa yang mereka tangani adalah orang dengan penyakit seperti kanker.

Selain dari sisi keagamaan, mereka juga harus berurusan dengan penegak hukum. Meski legal di California, ganja masih dilarang di level pusat.

"Mereka mengawasi kami. Saya tahu jika sampai kami berbuat kesalahan, mereka akan langsung menutup tempat kami," jelas Kate.

Setidaknya, salah seorang pengguna menulis di Facebook The Sisters of the Valley bahwa salep dengan cannabidiol memulihkan cedera punggungnya.

Kepada KFSN-TV, Kate menuturkan, dia menganggap diri sebagai biarawati karena mereka mengabdikan diri untuk menyembuhkan orang sakit.

"Kami tak menghabiskan waktu dengan berlutut. Tetapi ketika kami membuat obat, ini seperti kami berdoa," tukas Kate kembali.

Baca juga: Pesan Singkat WNA Thailand Ungkap Keterlibatan 4 Pengedar Ganja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com