Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Milisi Kurdi Tolak Ajakan Bergabung dengan Tentara Suriah

Kompas.com - 31/10/2019, 06:15 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

DAMASKUS, KOMPAS.com - Milisi Kurdi menyatakan, mereka menolak ajakan dari tentara serta polisi Suriah untuk bergabung dengan mereka.

Penawaran dari Damaskus datang setelah pasukan rezim ditempatkan di timur laut guna membantu Kurdi dalam membendung serangan Turki.

Dilansir AFP Rabu (30/10/2019), ini merupakan pengerahan tentara terbesar yang pernah dilakukan Suriah di area itu sejak 2012 silam.

Baca juga: Kurdi Suriah Klaim Ambil DNA Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi dari Celana Dalamnya

Penempatan itu terjadi setelag Turki menggelar kesepakatan dengan Rusia menyusul pertemuan Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Vladimir Putin di Sochi.

Kesepakatan itu menghasilkan gencatan senjata di mana Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi meninggalkan kawasan perbatasan.

"Komando jenderal militer siap menerima anggota SDF yang ingin bergabung," ujar Kementerian Pertahanan Suriah dilansir media lokal, SANA.

Kemenhan menyatakan, seluruh warga Suriah, termasuk etnis Kurdi yang merupakan minoritas, tengah menghadapi "musuh yang sama".

Sementara kementerian dalam negeri berjanji bakal menyediakan layanan kepolisian, dan menyerukan anggota dinas keamanan Kurdi, dikenal sebagai Asayish, untuk bergabung.

Sebagai respons, SDF yang merupakan sayap militer pemerintahan de facto Kurdi di kawasan timur laut Suriah menolak proposal tersebut.

SDF menekankan bahwa tawaran itu harus berangkat dari kesepakatan politik yang mengakui dan mempertahankan status serta struktur khusus mereka.

Tawaran itu juga membutuhkan mekanisme jelas mengenai kemungkinan restrukturisasi militer Turki jika saja SDF masuk dalam bagian.

Komandan SDF Mazloum Abdi dalam pernyataan berbeda mengatakan, mereka menawarkan kesepakatan yang akan mempertahankan status mereka.

"Penawaran ini membuat pasukan kami bisa menjadi bagian dari militer Turki yang sudah berdiri," terang Abdi dalam kicauan di Twitter.

Turki dibantu pemberontak Suriah melancarkan serangan pada 9 Oktober guna menciptakan "zona aman" sepanjang 30 km di perbatasan.

Serangan tersebut terjadi setelah Amerika Serikat (AS) membuat langkah mengejutkan dengan mengumumkan bakal menarik pasukan mereka dari utara Suriah.

Kebijakan itu membuat Presiden Donald Trump panen kecaman, bahkan dari pendukungnya sendiri di Partai Republik. Dia dianggap memberikan jalan bagi operasi militer Turki.

SDF yang merupakan sekutu AS dalam menumpas ISIS kemudian mengumumkan kerja sama dengan pasukan rezim Suriah untuk menahan gempuran Ankara.

Baca juga: Warga Kurdi Suriah Lempari Kendaraan Militer AS dengan Batu dan Tomat Busuk

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com