Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kirim Militer untuk Lindungi Ladang Minyak Suriah, AS Dituduh Rusia Jadi "Penjahat"

Kompas.com - 26/10/2019, 18:44 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia menuduh AS menjadi "penjahat internasional" setelah berencana mengirim militer untuk melindungi ladang minyak Suriah.

Pernyataan dari Kremlin keluar setelah Menteri Pertahanan AS Mark Esper menuturkan pasukan mereka tengah memantapkan posisi mereka.

Nantinya, "pasukan mekanis" dalam militer AS bakal dikerahkan ke Deir Ezzor, ladang minyak terbesar Suriah yang berbatasan dengan Irak.

Baca juga: AS Kerahkan Militer untuk Lindungi Ladang Minyak Suriah

Esper menjelaskan, misi Washington adalah melindungi ladang minyak itu dari kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

"Kami mengamankan sumber daya yang bisa mereka pakai untuk menyerang kawasan. Menyerang Eropa maupun menyerang AS," ujar Esper.

Dilansir AFP Sabtu (26/10/2019), sekitar 200 tentara AS sudah ditempatkan, dengan Pentagon mempertimbangkan mengirim tank Abrams.

"Apa yang AS lakukan, merampas dan mengatur ladang minyak di utara Suriah, adalah cara penjahat internasional," kecam Kementerian Pertahanan Rusia.

Kremlin menyatakan, sumber daya itu bukanlah milik "teroris" ISIS maupun AS yang melindunginya. "Tapi milik Republik Arab Suriah," kata Kemenhan.

Pengerahan tentara AS terjadi setelah Trump menulis kicauan di Twitter bahwa dia tidak akan membiarkan ISIS menguasai minyak Suriah.

Meski Washington diketahui sudah menguasai ladang minyak, keamanan mereka dipertanyakan buntut penarikan militer dari perbatasan Turki.

Keputusan Trump itu dianggap memberi jalan bagi Turki untuk masuk ke Suriah, dan menggelar serangan yang menargetkan milisi Kurdi.

Kurdi yang tergabung dalam koalisi AS melawan ISIS dipandang Ankara sebagai "teroris" yang memberikan ancaman teritori mereka.

Meski NATO tak terlibat di Suriah, baik Turki maupun AS adalah anggota sehingga isu itu dibahas dalam pertemuan menteri pertahanan di Brussels, Belgia.

Apalagi, diketahui Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menjalin kesepakatan dengan Rusia berpatroli di "zona aman" yang memang diinginkan Erdogan.

Esper menyatakan setelah pertemuan NATO, Washington menghubungi dengan milisi Kurdi yang menuturkan mereka "mengumpulkan" kembali tahanan ISIS yang sempat kabur saat serangan Turki.

Baca juga: Pasukan Irak Bergerak Maju untuk Rebut Ladang Minyak di Kirkuk

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com