Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nusrat, Remaja Bangladesh yang Tewas Dibakar Hidup-hidup karena Laporkan Pelecehan Seksual

Kompas.com - 25/10/2019, 13:50 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

FENI, KOMPAS.com - Namanya adalah Nusrat Jahan Rafi. Remaja 19 tahun ini tewas dibakar hidup-hidup karena melaporkan pelecehan seksual yang dialaminya.

Kasusnya kemudian menimbulkan gelombang protes, di mana Perdana Menteri Sheikh Hasina menjanjikan penanganan cepat dalam kasusnya.

Janji itu terpenuhi Kamis (24/10/2019). Sebanyak 16 orang yang diduga menjadi pelaku Nusrat dibakar hidup-hidup dihukum mati pengadilan Bangladesh.

Baca juga: Gadis Ini Dibakar Hidup-hidup hingga Tewas, 16 Orang Pelaku Dihukum Mati

Di antara para pelaku, terdapat Siraj Ud Doula. Kepala sekaligus sosok yang telah melakukan pelecehan seksual terhadap gadis itu.

Kasusnya Berawal dari Maret

Insiden itu berawal pada akhir Maret. Dilansir Al Jazeera, ketika itu Nusrat melapor ke polisi karena Doula memanggilnya ke kantor dan menyentuhnya secara tak pantas.

Dalam rekaman yang nocor seperti dikutip AFP, polisi memang mencatat kasus itu. Namun, mereka mengatakan bahwa pelecehan sekaligus itu "bukan masalah besar".

Meski begitu, mereka tetap memprosesnya dan menahan Doula. Polisi menyatakan, Doula dari penjara memerintahkan agar Nusrat dibunuh.

Pada 6 April, remaja 19 tahun itu dijebak di atas sekolah di mana dia dikepung oleh para pelaku. Di antaranya adalah dua teman sekelasnya.

Mereka, termasuk dua politisi dari Partai Liga Awami, mendesak agar dia mencabut laporan tersebut. Ketika dia menaolak, para pelaku menyekapnya.

Mereka mengikat dan menyiram Nusrat dengan bensin sebelum membakarnya. Para pelaku dilaporkan ingin Nusrat seolah-olah bunuh diri.

Baca juga: Kepala Sekolah di Bangladesh Perintahkan Muridnya Dibakar Hidup-hidup

Namun di luar dugaan, dia bisa melarikan diri dan turun ke bawah sebelum diselamatkan oleh pengguna jalan dan dilarikan oleh ambulans.

Saat dirawat di rumah sakit, saudara Nusrat sempat merekam kalimat terakhirnya di mana dia menyebut sejumlah nama pelakunya.

"Si guru itu menyentuh saya dengan tidak pantas. Saya akan melawan kejahatan ini hingga akhir hayatku," terang Nusrat.

Dia menderita 80 persen luka bakar di sekujur tubuhnya, dan tewas empat hari kemudian. Kasusnya mencuat dan menimbulkan unjuk rasa.

Puncaknya adalah jaksa mempercepat pengusutan kasus itu, dengan 16 pelaku dihukum mati. Selain mereka, sebenarnya terdapat sejumlah polisi lokal.

Mereka ditangkap karena menyebarkan informasi palsu perihal kematian Nusrat. Namun, mereka tidak ikut disidang karena disebut telah bunuh diri.

Baca juga: Kasus Siswi Dibakar di Bangladesh, Perdana Menteri Buka Suara

Pelecehan Seksual Dianggap Biasa di Bangladesh

Yayasan ActionAid menyatakan, kasus yang dialami Nusrat dianggap adalah hal biasa di Bangladesh jika merujuk pada laporan awal tahun ini.

Laporan itu seperti diberitakan BBC, menemukan bahwa 80 persen perempuan di industri garmen telah melihat atau mengalami pelecehan seksual.

Organisasi lain Mahila Parishad berujar dalam enam bulan pertama di 2019, terdapat 731 insiden berkaitan dengan kekerasan seksual.

Termasuk di dalamnya adalah 592 pemerkosaan, 113 kasus perkosaan beramai-ramai, dan 26 perempuan dibunuh setelah diserang secara seksual.

Karena itu, Mahila Parishad "menyambut baik" keputusan pengadilan yang mempercepat pengusutan hingga 16 pelaku dihukum mati.

Baca juga: Kasus Siswi Dibakar, Sekolah Diperintahkan Bentuk Komite Pencegahan Kekerasan Seksual

Sementara Human Rights Watch juga menyambut baik kecepatan sistem hukum Bangladesh, meski tak menyetujui hukuman mati bagi para pelaku.

"Kebrutalan yang dialami gadis muda ini karena melaporkan pelecehan yang dialami telah menimbulkan kemarahan rakyat Bangladesh," terang Direktur Asia Selatan HRW, Meenakshi Ganguly.

Adapun keluarga Nusrat yang diwakili kakaknya, Mahmudul Hasan Noman, menginginkan agar hukuman mati dengan cara digantung bisa dilakukan secepatnya.

Mahmudul mengaku hingga saat ini, keluarganya masih ketakutan karena menerima intimidasi dari keluarga pelaku di depan umum.

"Saya sangat takut. Saya meminta perdana menteri memastikan keselamatan kami, dan polisi juga melacak setiap keluarga kami," terangnya.

Baca juga: Tolak Lamaran Pernikahan, Gadis Ini Dibakar Hidup-hidup

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com