FENI, KOMPAS.com - Namanya adalah Nusrat Jahan Rafi. Remaja 19 tahun ini tewas dibakar hidup-hidup karena melaporkan pelecehan seksual yang dialaminya.
Kasusnya kemudian menimbulkan gelombang protes, di mana Perdana Menteri Sheikh Hasina menjanjikan penanganan cepat dalam kasusnya.
Janji itu terpenuhi Kamis (24/10/2019). Sebanyak 16 orang yang diduga menjadi pelaku Nusrat dibakar hidup-hidup dihukum mati pengadilan Bangladesh.
Baca juga: Gadis Ini Dibakar Hidup-hidup hingga Tewas, 16 Orang Pelaku Dihukum Mati
Di antara para pelaku, terdapat Siraj Ud Doula. Kepala sekaligus sosok yang telah melakukan pelecehan seksual terhadap gadis itu.
Insiden itu berawal pada akhir Maret. Dilansir Al Jazeera, ketika itu Nusrat melapor ke polisi karena Doula memanggilnya ke kantor dan menyentuhnya secara tak pantas.
Dalam rekaman yang nocor seperti dikutip AFP, polisi memang mencatat kasus itu. Namun, mereka mengatakan bahwa pelecehan sekaligus itu "bukan masalah besar".
Meski begitu, mereka tetap memprosesnya dan menahan Doula. Polisi menyatakan, Doula dari penjara memerintahkan agar Nusrat dibunuh.
Pada 6 April, remaja 19 tahun itu dijebak di atas sekolah di mana dia dikepung oleh para pelaku. Di antaranya adalah dua teman sekelasnya.
Mereka, termasuk dua politisi dari Partai Liga Awami, mendesak agar dia mencabut laporan tersebut. Ketika dia menaolak, para pelaku menyekapnya.
Mereka mengikat dan menyiram Nusrat dengan bensin sebelum membakarnya. Para pelaku dilaporkan ingin Nusrat seolah-olah bunuh diri.
Baca juga: Kepala Sekolah di Bangladesh Perintahkan Muridnya Dibakar Hidup-hidup
Namun di luar dugaan, dia bisa melarikan diri dan turun ke bawah sebelum diselamatkan oleh pengguna jalan dan dilarikan oleh ambulans.
Saat dirawat di rumah sakit, saudara Nusrat sempat merekam kalimat terakhirnya di mana dia menyebut sejumlah nama pelakunya.
"Si guru itu menyentuh saya dengan tidak pantas. Saya akan melawan kejahatan ini hingga akhir hayatku," terang Nusrat.
Dia menderita 80 persen luka bakar di sekujur tubuhnya, dan tewas empat hari kemudian. Kasusnya mencuat dan menimbulkan unjuk rasa.
Puncaknya adalah jaksa mempercepat pengusutan kasus itu, dengan 16 pelaku dihukum mati. Selain mereka, sebenarnya terdapat sejumlah polisi lokal.