Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Wisatawan India Mulai Berdatangan, Asia Tenggara Harus Segera Bersiap

Kompas.com - 24/10/2019, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDRA SQUARE MALL, Pratunam, Bangkok. Hujan turun sangat deras.

Tiga sahabat asal India—Rupesh, Ashish, dan Sourabh—berdiri di depan pintu masuk mal. Mereka tampak sedang merencanakan sesuatu.

Dua di antara mereka bekerja sebagai ahli teknologi informasi, dan satu orang lainnya merupakan seorang pengusaha. Dua tinggal di Mumbai dan satu berasal dari Hyderabad.

Mereka melakukan perjalanan ke ibu kota Thailand menggunakan maskapai berbiaya rendah AirAsia untuk menikmati liburan selama delapan hari di Negara Gajah Putih ini.

Mereka tampak siap berpetualang dengan kepandaian menggunakan teknologi dan aplikasi, seperti aplikasi tur dan travel asal Hong Kong, Klook. Aplikasi ini untuk mengakses transportasi umum, seperti bus dan taksi, serta untuk memesan hotel.

Mereka cukup kesulitan mencari makanan vegetarian. Namun, mereka tetap dapat menemukannya di beberapa restoran lokal, walau dengan harga yang lebih mahal. Padahal, mereka lebih suka menghabiskan uang mereka untuk berbelanja.

Baca juga: Indonesia Bidik Wisatawan India

Sourabh menceritakan kepada Tim Ceritalah tentang pengalaman liburannya. “Ini adalah perjalanan pertama kami ke luar India. Penerbangannya sangat terjangkau. Kami pergi ke Pattaya, Pulau Phi Phi, Phuket, dan Bangkok," katanya.

Namun, kata Sourabh, dirinya tidak terlalu menyukai Bangkok jika dibandingkan dengan tempat wisata lain yang telah kami kunjungi. Padahal, sebelumnya dia menyangka Bangkok akan lebih menyenangkan.

"Kehidupan malam di Pattaya cukup mengasyikkan. Di Phuket, kami menghabiskan waktu dengan melakukan snorkelling, berenang, dan bersantai di pantai,” katanya.

Ketiga pemuda itu sebenarnya merupakan bagian dari sebuah gelombang wisatawan yang akan mentransformasi industri pariwisata Asia Tenggara. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh wisatawan asal China sepuluh tahun lalu.

Pada dasarnya, orang-orang India kini mulai berwisata ke luar negeri. Meskipun saat ini jumlah kunjungan wisatawan India masih jauh di bawah wisatawan China, namun statistik menunjukkan tingkat pertumbuhan yang konsisten dan adanya potensi jangka panjang yang besar.

Pada 2018, terdapat 1,6 juta kunjungan wisatawan asal India ke Thailand, sementara wisatawan China masih mendominasi dengan 10,5 juta kunjungan.

Walau tahun lalu wisatawan asal India masih keenam terbesar (di belakang China, Malaysia, Korea Selatan, Laos, dan Jepang), namun pada 2019 India diprediksi menembus tiga besar dengan 1,8 juta kunjungan wisatawan. Pada 2030, diperkirakan wisatawan asal India akan mencapai 10 juta.

Apa yang mendorong tren ini? Salah satu faktornya adalah pertumbuhan ekonomi India yang meningkatkan rata-rata pendapatan sebanyak dua kali lipat, dari 63.642 Rupee pada 2011-2012 menjadi 125.000 Rupee pada 2018-2019.

Baca juga: Cegah Mencontek, Sekolah di India Pakaikan Muridnya Kardus di Kepala Saat Ujian

Berdasarkan data dari UN World Tourism Organisation (UNWTO), saat ini terdapat lebih dari 25 juta wisatawan India yang bepergian ke luar negeri setiap tahunnya, dan jumlah ini diproyeksikan akan tumbuh 15 persen hingga 18 persen.

Angka ini tidak dapat diabaikan begitu saja, terutama dengan adanya perang dagang AS-China yang berpotensi mengurangi jumlah wisatawan Tiongkok.

Lebih dari itu, wisatawan India ini sering melihat suatu kawasan sebagai satu destinasi tujuan. Mereka cenderung untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya, dari perkotaan ke pantai, berbelanja, dan destinasi lainnya.

Asia Tenggara, bagi wisatawan India, dianggap sebagai kawasan yang terjangkau secara biaya, memiliki penduduk yang ramah, aman, serta kaya akan perbedaan budaya.

Santosh, seorang ayah muda yang ditemui oleh Tim Ceritalah di Suria KLCC, Malaysia, menjelaskan, “Kuala Lumpur adalah pemberhentian pertama dalam setiap perjalanan saya. Saya akan berada di sini selama sepekan, lalu bertolak ke Singapura dan Bali, sebelum akhirnya kembali ke India."

Konektivitas melalui penerbangan non-stop adalah hal yang sangat penting. Perkembangan di Thailand telah didukung oleh sejumlah rute baru yang menghubungkan Bangkok dengan kota-kota sekunder dan tersier di India, seperti Jaipur, Kochi, dan Varanasi.

Maskapai penerbangan berbiaya rendah milik India, IndiGo, saat ini sedang melakukan perluasan rute di kawasan, yaitu rute Kolkata – Hanoi and Kolkata – Ho Chi Minh City.

Penerbanagan ini akan efektif beroperasi pada Oktober 2019, yang sekaligus akan menjadikan Vietnam sebagai tujuan terbesar keempat bagi wisatawan India di kawasan, di bawah Thailand, Singapura, Malaysia, dan sejajar dengan Myanmar.

Namun, sejak ditutupnya rute penerbangan Denpasar – Mumbai oleh Garuda Indonesia pada awal 2019, tidak ada operator penerbangan yang melayani rute India dan Indonesia secara non-stop.

Hal ini secara langsung juga akan menghambat akses dari India ke Bali, sebagai salah satu tujuan wisata yang sangat populer, terutama bagi pasangan suami-istri baru dari kawasan Asia Selatan.

Walau wisatawan India dinilai susah untuk diatur, namun mereka menghabiskan lebih banyak uang untuk membeli produk-produk lokal daripada wisatawan asal China.

Mayoritas wisatawan dari China cenderung untuk lebih memilih satu destinasi yang memiliki semuanya. Sehingga, mereka lebih memilih menghabiskan pengeluaran mereka ke bisnis-bisnis yang dikendalikan oleh agen perjalanan dari negara asalnya.

Hal ini kemudian menyebabkan apa yang disebut dengan “zero-dollar tourism”, yang membuat negara atau destinasi tujuan tidak memperoleh pendapatan apa pun dari datangnya wisatawan.

Sebaliknya, ketika kita melihat tiga pemuda yang berwisata ke Bangkok tadi, wisatawan India cenderung lebih mandiri dalam merencanakan perjalanan mereka, yaitu dengan menggunakan aplikasi seperti TrpAdvisor dan Agoda.

Mereka juga tampak lebih menyukai untuk berhubungan langsung dengan pedagang lokal, dibandingkan mengikuti saran dari petunjuk wisata.

Tiga pemuda tersebut mengatakan bahwa mereka setidaknya menghabiskan 1000 Baht untuk makan dan minum setiap harinya. Jumlah tersebut terkadang naik mencapai 800 baht.

Tentu saja, masuknya wisatawan India juga memiliki tantangan dan masalah tersendiri.
Pada Juli 2019, sebuah video kontroversial yang viral di media sosial menunjukkan sebuah keluarga India mengalami penggeledahan atas barang bawaan mereka oleh pihak manajemen hotel tempat mereka menginap di Bali.

Ternyata keluarga India ini mengambil barang-barang fasilitas hotel. Mereka pun dengan berani menawarkan untuk membayar semua barang tersebut ketika diminta keterangan atas perbutan mereka.

Berdasarkan keterangan Ardi, seorang manajer operasional salah satu hotel di Bali, kesulitan terbesar yang dihadapi ketika berhadapan dengan wisatawan India adalah terkait tawar-menawar makanan.

Ardi mengatakan, “Para wisawatawan banyak yang meminta makanan yang disajikan dapat diubah sesuai dengan selera mereka. Mereka juga hampir selalu meminta potongan harga untuk makanan, layanan olahraga air, dan fasilitas pijat. Meskipun fasilitas-fasilitas tersebut sebenarnya tidak tersedia.”

Namun, Ardi juga menjelaskan bahwa permasalahan ini pada dasarnya masih dapat diatasi.
Selain meningkatkan frekuensi jumlah penerbangan langsung antara kota-kota India dan berbagai tujuan pariwisata di Asia Tenggara, salah satu kebijakan lain yang dapat diterapkan adalah kebijakan bebas visa.

Indonesia sudah menerapkan hal tersebut, sementara Thailand juga telah meniadakan biaya visa saat kedatangan. Tentu negara lain juga dapat menerapkan kebijakan serupa atau bahkan menghasilkan kebijakan yang lebih baik.

Di sisi lainnya, ekonomi India masih mungkin mengalami penurunan untuk beberapa waktu ke depan.

Namun, besarnya jumlah wisatawan India dapat menjadi komponen yang harus dipertimbangkan mengenai betapa pentingnya India bagi Asia Tenggara. Wisatawan India kini tengah berdatangan, dan Asia Tenggara harus segera bersiap.

 

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com