Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilu Kanada 2019, Bagaimana Peluang PM Justin Trudeau untuk Kembali Terpilih?

Kompas.com - 19/10/2019, 16:27 WIB
Ericssen,
Agni Vidya Perdana

Tim Redaksi

MONTREAL, KOMPAS.com – Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menghadapi pertarungan politik terberat yang bakal menentukan kelanjutan karier politiknya atau mengakhirinya.

Rakyat Kanada akan menuju ke bilik suara dan menggunakan hak pilih mereka pada Senin (21/10/2019), pekan depan.

Mereka akan memilih apakah melanjutkan empat tahun ke depan bersama Partai Liberal yang dipimpin Trudeau atau memilih Partai Konservatif dan memberi jalan bagi pemimpinnya, Andrew Scheer untuk menjadi perdana menteri baru Kanada.

Hasil pemilu Kanada kali ini diprediksi bakal sangat ketat, dengan proyeksi terbaru pemilu, yang dirilis Jumat (18/10/2019) lalu, menunjukkan perolehan suara dan kursi kedua partai cukup ketat.

Baca juga: Justin Trudeau Kini Diminta Mundur akibat Skandal Politik, Ada Apa?

Proyeksi pemilu oleh situs 338canada.com menempatkan Partai Konservatif unggul sangat tipis dengan 31,9 persen berbanding 31,2 persen yang diraih Partai Liberal.

Sedangkan untuk perolehan kursi, Partai Liberal diproyeksi memimpin dengan 137 kursi, hanya berselisihkan 14 kursi dengan Partai Konservatif yang diprediksi memenangkan 123 kursi.

Selain itu diyakini tidak ada partai yang mampu membentuk pemerintahan mayoritas di mana diperlukan 170 kursi di Parlemen Kanada.

Sejak periode kampanye dimulai 11 September bulan lalu, kedua partai silih berganti memimpin survei hanya dengan selisih 1-3 persen.

Pemilu Paling Ketat

Pemilu Kanada kali ini disebut sebagai yang paling ketat sejak pemilihan tahun 1972. Ketika itu Liberal yang dipimpin Pierre Trudeau, ayah Justin Trudeau, berhasil meraih kemenangan tipis.

Kegagalan meraih kursi mayoritas berarti partai mana pun yang memenangkan pemilu harus bernegosiasi dengan dua partai menengah lain, yaitu Partai Demokrat Baru dan Bloc Quebecois untuk membentuk pemerintahan yang stabil.

Mata elektoral akan tertuju pada dua provinsi dengan jumlah kursi terbesar, yaitu Quebec dan Ontario, khususnya di kota Toronto.

Kedua provinsi ini dianalisis akan menjadi penentu siapa yang akan menjabat posisi perdana menteri Kanada berikutnya.

Awalnya, Trudeau diyakini akan kembali terpilih dengan mudah, di mana Pemerintahan Kanada terakhir yang hanya bertahan satu periode terjadi hampir 40 tahun lalu pada pemilu 1980.

Baca juga: Istrinya Cipika Cipiki dengan PM Kanada, Trump Hanya Terdiam

Ketika itu, perdana menteri Joe Clark dari Partai Konservatif Progresif yang baru menjabat selama sembilan bulan dikalahkan oleh Pierre Trudeau.

Trudeau dengan gaya kepemimpinan yang reformis progresif dipadu dengan kharisma yang dimilikinya telah membius warga Kanada dan di berbagai belahan dunia.

Trudeau hadir di tengah popularitas para pemimpin populis kanan dunia, seperti Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Presiden Filipina Rodrigo Duterte, hingga Presiden Brasil Jair Bolsonaro.

Dia berhasil tampil beda dengan kepemimpinannya yang progresif, seperti kebijakan menerima imigran Timur Tengah dan warga minoritas, mengutamakan multikulturalisme, kabinet dengan komposisi gender yang setara, dan program peduli lingkungan.

Terjegal Skandal

Dukungan dari pemilih muda dan wanita yang jatuh hati terhadap politisi berusia 47 tahun itu menjadi kunci kemenangan Trudeau dalam pemilu 2015.

Namun, pesona dari suami Sophie Trudeau itu mulai memudar setelah meledaknya skandal pada Maret 2019 lalu.

Skandal yang dimaksud adalah SNC-Lavalin Affairs, di mana melibatkan Trudeau yang dituduh menekan mantan Menteri Kehakiman dan Jaksa Agung Jody Wilson-Raybould untuk melindungi perusahaan kontruksi raksasa Kanada SNC-Lavalin dari persidangan terkait penyuapan.

Laporan The Globe and Mail menyebutkan Wilson-Raybould, mengaku ditekan oleh Trudeau untuk membantu perusahaan yang berbasis di Montreal, provinsi Quebec itu.

Dia diminta untuk menyelesaikan kasus kriminal dan menghindari penuntutan atas tuduhan kepada perusahaan yang didakwa melakukan korupsi berupa pembayaran uang suap senilai 47 juta dollar Kanada pada 2001-2011, untuk mengamankan kontrak pemerintah Libya.

Baca juga: PM Kanada Minta Maaf karena Memenjara Kepala Suku Cree pada 1885

Tuduhan tersebut terkait dengan proyek irigasi terbesar di dunia, Great Man Made River Project, yang bertujuan untuk menyediakan air segar ke kota Tripoli, Benghazi, dan Sirte.

Wilson-Raybould akhirnya memilih mundur, sementara Trudeau dinyatakan melakukan pelanggaran etik oleh Komisi Etik Kanada.

Skandal politik ini memunculkan pertanyaan besar mengenai integritas Trudeau sebagai seorang politisi reformis yang bersih.

Citra seorang Trudeau memang sangat mengkilap. Dia selalu terlihat ramah dan tidak segan berhenti untuk sekadar berfoto dengan warga yang menyapanya tanpa melihat latar belakang suku dan agama.

Namun citra tersebut terguncang ketika sebuah foto masa lalunya, yang menunjukkan Trudeau memakai turban serta wajah, leher, dan tangan dicat cokelat saat pesta sekolah bertema Arabian Nights diterbitkan oleh Majalah Time bulan lalu.

Foto di buku sekolah pada tahun 2001 silam itu diambil di Akademi West Point Grey, Vancouver, tempat Trudeau pernah mengajar sebagai guru.

Dewan Muslim Nasional Kanada melalui direktur eksekutif Mustafa Farooq merespons dengan amarah dan menyayangkan gambar seorang PM Kanada dengan wajah coklat atau hitam.

Baca juga: Bermuka Coklat Saat Foto pada Pesta Sekolah 2001 Silam, PM Kanada Minta Maaf

"Tampil dengan muka dicat coklat atau hitam begitu tercela. Seolah membuka kembali sejarah kelam rasisme dan mitologi Orientalis yang tak bisa diterima," kecamnya.

Trudeau telah meminta maaf dengan tulus dan sedalam-dalamnya atas foto rasis itu.

Namun, gambar memalukan itu memunculkan pertanyaan apakah lulusan Universitas McGill ini benar-benar seorang progresif.

Pemilih muda dan wanita mulai meragukan kredibilitas Trudeau. Tidak sedikit juga yang kecewa atas kegagalannya memenuhi sejumlah janji kampanye empat tahun silam.

Mereka menuduh Trudeau sebagai seorang pesolek politik yang lihai mengemas citra publiknya.

Tanpa dukungan tinggi dari kedua blok pemilih ini, Trudeau dapat berakhir menjadi perdana menteri satu periode, skenario yang hampir tidak terbayangkan sama sekali oleh pendukungnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com