Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Belanda Tahan Ayah Keluarga yang Bersembunyi Menunggu "Hari Kiamat"

Kompas.com - 18/10/2019, 15:15 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

RUINERWOLD, KOMPAS.com - Kepolisian Belanda dilaporkan menangkap sosok yang disebut ayah keluarga yang bersembunyi selama sembilan tahun "menanti hari kiamat".

Penegak hukum menyatakan, mereka menginvestigasi apakah "keyakinan tertentu" menjadi penyebab dari insiden yang terjadi akhir pekan lalu.

Sosok "ayah" 67 tahun itu dituding telah merampas kebebasan orang, merusak kesehatan mereka, dan melakukan pencucian uang.

Baca juga: [POPULER INTERNASIONAL] Erdogan Buang Surat Trump | Kasus Keluarga di Belanda yang Sembunyi Menunggu Kiamat

Dia menjadi orang kedua yang ditahan setelah pria Austria dalam penemuan keluarga itu di Runerwold, kawasan utara Belanda.

Dilansir AFP Kamis (17/10/2019), pria yang diidentifikasi bernama Josef B itu dijerat dengan dakwaan sama, dan diperintahkan ditahan selama dua pekan.

Polisi menuturkan, mereka berhadapan dengan kasus luar biasa sejak penemuan keluarga yang bersembunyi selama sembilan tahun karena "menunggu hari kiamat".

"Orang-orang ini mungkin hidup satu sama lain di rumah tersebut sejak 2010, terpisah dari masyarakat," tutur polisi dalam keterangan resmi.

Merujuk kepada keterangan polisi, kelompok itu "membentuk keluarga" dengan pria kedua yang ditahan sebagai ayah dan enam pemuda sebagai anak.

Aparat menjelaskan, mereka mempunyai keyakinan bahwa keenam orang itu tidak tinggal bersama berdasarkan kehendak mereka sendiri.

"Kami masih menyelidiki apakah keyakinan tertentu dalam kehidupan atau iman mengarah pada situasi hidup di mana mereka ditemukan," kata polisi.

Penegak hukum mengatakan, situasi tersebut membutuhkan pendekatan atas insiden itu, dan mereka juga harus merawat anak-anak yang ditemukan.

Keluarga itu ditemukan setelah seorang pria yang disebut sebagai anak tertua keluarga itu muncul dalam kebingungan, dan memunculkan bagaimana kehidupan bertetangga di sana.

Tiga orang yang mengklaim sebagai anak dari pria 67 tahun itu mengaku, ayah mereka meninggalkan keluarga delapan tahun silam.

Sejak saat itu, mereka tidak pernah lagi mendengar kabar darinya hingga kabar penemuan keluarga di utara Belanda menyeruak.

Baca juga: Keluarga Belanda yang Bersembunyi 9 Tahun Menunggu Hari Kiamat Memakai Bahasa Khayalan

"Hari Kiamat"

Media Belanda memberitakan, keluarga itu tengah terlibat dalam sebuah sekte khusus di mana mereka bersembunyi untuk menunggu "hari kiamat".

RTV Drenthe menyiarkan Josef B, si ayah, dan anak-anaknya merupakan bagian dari gereja kontroversial Korea Selatan bernama Gereja Unifikasi.

Wim Koetsier dari Federasi Perdamaian Universal, nama gereja itu sekarang, membenarkan bahwa ayah si keluarga adalah anggota mereka pada 1980-an.

Si "ayah" disebut bertolak ke Jerman di mana mereka "kehilangan jejaknya". Mereka yakin pria itu bertemu orang lain dan membentuk keluarga.

Namun, Josef B disebut bukan merupakan anggota mereka. Adapun adik Josef, Franz B, mengungkapkan kakaknya itu masuk sekte sejak meninggalkan militer.

"Kami sama sekali tak menghubunginya selama 10 tahun. Saya menyuruhnya menyingkir ketika dia meminta saya menjadi penjamin keuangannya," terang Franz.

Franz membeberkan, Josef punya dua anak kembar dari seorang perempuan Jepang, dan menyewa sebuah peterrnakan namun tak pernah menempatinya.

Baca juga: Kasus Keluarga Belanda Bersembunyi 9 Tahun Menunggu Kiamat, Pria Austria Ditahan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com