DALLAS, KOMPAS.com - Presiden AS Donald Trump menuai sorotan atas komentarnya yang membandingkan Kurdi Suriah dan Turki seperti anak kecil.
Dalam pidatonya saat berkampanye di Texas, dia menyebut dia membiarkan Kurdi dan Turki bertikai di utara Suriah "layaknya anak kecil".
"Apa yang saya lakukan tidak umum. Saya berkata mereka akan bertarung untuk beberapa lama," ujar Trump seperti diberitakan AFP Jumat (18/10/2019).
Trump menyebut baik Kurdi dan Turki adalah teman. Namun, dia mengatakan terkadang harus membiarkan keduanya terjun dalam pertempuran.
"Kadang Anda harus membiarkan mereka bertengkar, seperti dua anak kecil. Kemudian Anda harus memisahkannya," terang presiden 73 tahun itu.
This is an obscene and ignorant statement. 200k innocent people displaced. Hundreds dead. Credible reports of war crimes. ISIS prisoners escaping. US evacuating and bombing its own positions or handing them to Russia. Two kids in a lot? https://t.co/rMJVcvOmFI
— Brett McGurk (@brett_mcgurk) October 18, 2019
Presiden ke-45 AS itu kemudian melanjutkan, keduanya bertarung selama sembilan hari seraya menyebutnya "bertarung dengan ganas".
Trump mendapat tekanan setelah memerintahkan penarikan 1.000 tentara AS yang berada di utara Suriah, dan menjadi penyangga Kurdi dan Turki.
Lebih dari 500 orang terbunuh, termasuk puluhan warga sipil, sejak Operation Peace Spring diumumkan Presiden Recep Tayyip Erdogan pekan lalu.
Kemudian organisasi pemantau perang Observatorium untuk HAM Suriah melaporkan, 300.000 orang harus mengungsi akibat serangan.
Trump ditekan bahkan oleh pendukungnya sendiri bahwa dia mengizinkan invasi Turki terhadap Kurdi melalui penarikan 1.000 tentara.
Namun, dia menekankan bahwa tidak ada "darah prajurit AS yang tertumpah" dalam operasi militer ketiga Turki yang dilakukan atas Kurdi Suriah.
Brett McGurk, mantan utusan kepresidenan untuk kampanye melawan ISIS meradang, dan menyebut komentar Trump itu "cabul serta bodoh".
Dalam kicauannya di Twitter, McGurk menerangkan 200.000 lebih orang yang tak bersalah harus mengungsi dengan ratusan orang tewas.
"Kemudian tahanan ISIS melarikan diri, ada laporan kejahatan perang, AS mengebom posisinya sendiri dan menyerahkannya ke Rusia, pertikaian dua anak kecil?" keluhnya.
Baca juga: Erdogan Disebut Buang Surat dari Donald Trump ke Tempat Sampah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.