Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uni Eropa Kecam Invasi Militer Turki di Suriah, Tapi Tolak Jatuhkan Embargo Senjata

Kompas.com - 14/10/2019, 22:59 WIB
Agni Vidya Perdana

Editor

LUKSEMBURG, KOMPAS.com - Operasi militer Turki ke Suriah menjadi topik utama pembahasan dalam pertemuan menteri luar negeri Uni Eropa di Luksemburg, Senin (14/10/2019).

Para menteri luar negeri Uni Eropa mengecam intervensi militer Ankara ke negara konflik itu. Namun demikian mereka tetap tidak menyetujui pemberlakuan embargo senjata terhadap Turki.

"Uni Eropa mengutuk aksi militer Turki, yang secara serius merusak stabilitas dan keamanan seluruh wilayah."

"Yang mengakibatkan lebih banyak warga sipil menderita dan pengungsian lebih besar, serta sangat menghalangi akses ke bantuan kemanusiaan," kata para menteri luar negeri Uni Eropa dalam sebuah pernyataan bersama.

Baca juga: Erdogan: Embargo Senjata Tak Akan Mampu Hentikan Operasi Militer Turki ke Suriah

"Uni Eropa mengingatkan keputusan yang telah diambil oleh beberapa negara anggota untuk segera menghentikan lisensi ekspor senjata ke Turki," demikian ditambahkan dalam pernyataan itu.

Selanjutnya wakil-wakil anggota Uni Eropa akan menggelar pertemuan lanjutan pada akhir minggu ini untuk "mengkoordinasi dan meninjau" posisi Uni Eropa dalam masalah Suriah.

Uni Eropa juga menyerukan kepada Koalisi Internasional Melawan ISIS untuk membahas bagaimana mencapai target dalam konteks saat ini.

Kehancuran Kemanusiaan Serius

Militer Turki mulai melancarkan serangan terhadap posisi milisi Kurdi di timur laut Suriah pada Rabu (9/10/2019) pekan lalu, setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan penarikan pasukan AS dari Suriah.

Para kritikus sebelumnya memperingatkan bahwa langkah itu akan mengganggu stabilitas yang rapuh kawasan itu, merugikan dan menggusur ribuan warga sipil, serta membuka jalan bagi ISIS untuk kembali membangun kekuatan.

"Serangan ini akan menyebabkan kehancuran kemanusiaan yang serius," kata Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian.

"Perancis mengharapkan adanya tuntutan khusus untuk mengakhiri serangan ini serta posisi tegas soal ekspor senjata ke Turki," tambahnya.

Baca juga: Perancis dan Jerman Tangguhkan Ekspor Senjata ke Turki

Menteri Luar Negeri Luksemburg Jean Asselborn menerangkan, situasi saat ini dapat memaksa sekutu anggota NATO untuk ikut membahasnya.

"Pasal lima Pakta NATO menyatakan semua negara lain harus membantu membela suatu negara jika diserang," kata Asselborn, menggambarkan situasi saat ini sebagai kondisi "luar biasa."

Kemungkinan Sanksi

Jerman dan Perancis, bersama dengan Swedia, Finlandia dan Belanda, telah menghentikan secara sepihak ekspor senjata ke Turki. Namun Turki mengatakan langkah itu hanya akan berdampak kecil.

Swedia mencoba mengusulkan embargo luas dari Uni Eropa terhadap Turki dalam konsultasi hari Senin, namun usulan itu tidak disepakati dengan suara bulat.

Baca juga: Demi Hadapi Turki, Kurdi Bersekutu dengan Pasukan Pemerintah Suriah

Jerman menyatakan dialog dengan Turki masih perlu, namun harus dipertimbangkan juga langkah-langkah selanjutnya jika hal itu gagal.

"Penting bahwa kita tetap berdialog dengan Turki. Namun jika ini tidak berhasil, kita harus siap untuk mengambil tindakan lebih lanjut," kata Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com