ANKARA, KOMPAS.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan, dia tak akan menghentikan serangan terhadap Kurdi Suriah meski diancam sanksi AS.
Dalam kicauannya di Twitter, Presiden Donald Trump menyebut dirinya mempunyai tiga opsi untuk menghentikan konflik di perbatasan Turki dan Suriah.
Pertama adalah mengirim langsung pasukan ke perbatasan, menjatuhkan sanksi kepada Turki, atau mencoba menengahi dua kubu yang bertikai.
Baca juga: Erdogan Ancam Banjiri Eropa dengan Jutaan Pengungsi jika Kritik Serangan ke Kurdi Suriah
Menteri Pertahanan Mark Esper memperingatkan bakal ada "konsekuensi serius" jika Ankara tak menghentikan serangan atas Kurdi Suriah.
Adapun Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menuturkan, Trump telah memerintahkan persiapan untuk menjatuhkan sanksi baru kepada Turki.
We defeated 100% of the ISIS Caliphate and no longer have any troops in the area under attack by Turkey, in Syria. We did our job perfectly! Now Turkey is attacking the Kurds, who have been fighting each other for 200 years....
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) October 10, 2019
"Kami berharap kami tak perlu menggunakannya (sanksi). Namun kami bisa menutup ekonomi Turki jika dibutuhkan," kata Mnuchin.
"Kini terdapat ancaman dari kanan dan kiri, meminta kami untuk berhenti. Saya katakan kami tidak akan berhenti," tegas Erdogan.
"Kami tidak akan mundur dari langkah yang kami ambil. Kami tak akan berhenti apa pun yang orang katakan," tegasnya dilansir AFP dan Sky News Jumat (11/10/2019).
Erdogan melihat Kurdi Suriah, yang tergabung dalam Pasukan Demokratik Suriah (SDF), sebagai teroris yang terhubung dengan pemberontak Turki.
Dia menyatakan operasi militer untuk menghantam posisi mereka di kawasan timur laut Suriah perlu demi menjaga keamanan nasional.
Janjinya terjadi setelah PBB mengungkapkan Operation Peace Spring pada Rabu (9/10/2019) telah membuat 100.000 warga setempat mengungsi.
Ribuan orang sudah mengungsi dari desa seperti Ras al-Ayn dan Tal Abyad, dengan Program Pangan Dunia membeberkan ada yang berjalan kaki, ada juga yang naik kendaraan.
Terdapat ketakutan jika serangan itu bakal berdampak pada kembalinya ISIS. Apalagi Kurdi merupakan sekutu AS dalam memerangi kelompok ekstremis itu.
Trump menerima kritikan karena dianggap mengizinkan invasi Turki setelah Gedung Putih mengumumkan menarik diri dari perbatasan.
Kini, senator baik dari Republik maupun Demokrat hendak merumuskan sanksi kuat yang bakal digunakan untuk membendung serangan Ankara.
Baca juga: Ancam Banjiri Eropa dengan 3,6 Juta Pengungsi, Erdogan Dituduh Memeras
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.