Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demonstrasi Tak Kunjung Usai, Lebih dari 40 Persen Warga Hong Kong Ingin Pindah

Kompas.com - 11/10/2019, 19:03 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber SCMP

HONG KONG, KOMPAS.com - Jumlah warga Hong Kong yang ingin pindah dari kota itu meningkat seiring dengan aksi demonstrasi yang tak kunjung usai.

Hasil survei yang dilakukan baru-baru ini oleh Universitas China menunjukkan lebih dari 40 persen warga Hong Kong ingin beremigrasi dari kota mereka di tengah krisis politik yang sedang terjadi.

Dilansir SCMP, survei dilakukan oleh Institut Kajian Asia-Pasifik Hong Kong di Universitas China terhadap 707 orang melalui wawancara telepon antara 20 hingga 26 September lalu.

Hasilnya, sebanyak 42,3 persen responden mengindikasikan mereka akan beremigrasi keluar Hong Kong jika memiliki kesempatan.

Baca juga: Dampak Demonstrasi, Perekonomian Hong Kong Menderita

Angka tersebut meningkat jika dibandingkan dengan survei serupa yang dilakukan pada Desember 2018, di mana hanya 34 persen responden yang menjawab memilih emigrasi.

Dari jumlah responden yang menyatakan memilih pindah, sebanyak 23 persen telah memulai rencana untuk emigrasi.

Berdasarkan hasil survei yang dirilis, Kamis (10/10/2019), pihak universitas mengatakan ada dua faktor pendorong utama bagi responden yang berencana pindah ke luar negeri.

Dua faktor tersebut yaitu "terlalu banyak perselisihan politik atau perpecahan sosial", yang dipilih 27,9 persen responden, serta "tidak ada demokrasi di Hong Kong", yang dipilih 21,5 persen responden.

Sekitar 20 persen responden memilih tidak yakin dengan Beijing dan seperlima lainnya mengeluhkan kondisi kehidupan kota Hong Kong yang penuh sesak.

Baca juga: Polisi Kecam Pemukulan Warga Hong Kong oleh Demonstran saat Unjuk Rasa

Aksi protes menentang pemerintah Hong Kong dengan turun ke jalan mulai terjadi sejak 9 Juni.

Protes yang semula dipicu gerakan menentang RUU Ekstradisi telah berkembang menjadi gerakan menuntut reformasi demokrasi dan semakin sering berakhir dengan bentrok.

Aksi demonstrasi pun semakin radikal dengan pengunjuk rasa memblokir jalan, melakukan pembakaran, melempar molotov, merusak stasiun MRT, bank, hingga restoran yang dituding terkait China daratan.

"Dibanding dengan hasil survei serupa dalam tiga tahun terakhir, tiga faktor pendorong (emigrasi) kali ini seluruhnya bersifat politis," kata pihak universitas.

Sedangkan tujuan emigrasi paling populer bagi warga Hong Kong adalah Kanada (17,5 persen), Australia (13,8 persen), dan Taiwan (12,1 persen).

Baca juga: Langgar Undang-Undang Anti-Topeng, 77 Orang Ditangkap Polisi Hong Kong

Pemerintah Hong Kong terakhir mengeluarkan Undang-Undang Darurat melarang penggunaan penutup wajah dalam aksi demonstrasi.

Keputusan itu memicu terjadinya unjuk rasa yang diwarnai bentrok selama tiga hari berturut-turut, dengan 77 pengunjuk rasa ditahan karena melanggar undang-undang darurat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber SCMP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com