HONG KONG, KOMPAS.com - Jumlah warga Hong Kong yang ingin pindah dari kota itu meningkat seiring dengan aksi demonstrasi yang tak kunjung usai.
Hasil survei yang dilakukan baru-baru ini oleh Universitas China menunjukkan lebih dari 40 persen warga Hong Kong ingin beremigrasi dari kota mereka di tengah krisis politik yang sedang terjadi.
Dilansir SCMP, survei dilakukan oleh Institut Kajian Asia-Pasifik Hong Kong di Universitas China terhadap 707 orang melalui wawancara telepon antara 20 hingga 26 September lalu.
Hasilnya, sebanyak 42,3 persen responden mengindikasikan mereka akan beremigrasi keluar Hong Kong jika memiliki kesempatan.
Baca juga: Dampak Demonstrasi, Perekonomian Hong Kong Menderita
Angka tersebut meningkat jika dibandingkan dengan survei serupa yang dilakukan pada Desember 2018, di mana hanya 34 persen responden yang menjawab memilih emigrasi.
Dari jumlah responden yang menyatakan memilih pindah, sebanyak 23 persen telah memulai rencana untuk emigrasi.
Berdasarkan hasil survei yang dirilis, Kamis (10/10/2019), pihak universitas mengatakan ada dua faktor pendorong utama bagi responden yang berencana pindah ke luar negeri.
Dua faktor tersebut yaitu "terlalu banyak perselisihan politik atau perpecahan sosial", yang dipilih 27,9 persen responden, serta "tidak ada demokrasi di Hong Kong", yang dipilih 21,5 persen responden.
Sekitar 20 persen responden memilih tidak yakin dengan Beijing dan seperlima lainnya mengeluhkan kondisi kehidupan kota Hong Kong yang penuh sesak.
Baca juga: Polisi Kecam Pemukulan Warga Hong Kong oleh Demonstran saat Unjuk Rasa
Aksi protes menentang pemerintah Hong Kong dengan turun ke jalan mulai terjadi sejak 9 Juni.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.