Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Ingin Menengahi Gencatan Senjata antara Turki dengan Kurdi Suriah

Kompas.com - 11/10/2019, 10:46 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON, KOMPAS.com - Serangan yang dilancarkan Turki terhadap Kurdi di Suriah disebut belum sampai melanggar batasan yang dinyatakan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Kendati demikian, Washington ingin dapat menengahi proses gencatan senjata antara Turki dengan Kurdi di Suriah, demikian disampaikan seorang pejabat AS.

Trump dalam sepekan terakhir telah menyampaikan pesan yang beragam, berkenaan dengan rencana operasi militer Turki ke Suriah.

Presiden berusia 73 tahun itu awalnya mengaku memahami alasan Turki yang kembali melancarkan serangan ke wilayah Suriah, namun pada kesempatan lain Trump juga mengkritik keras dan memperingatkan bakal menjatuhkan sanksi apabila operasi militer yang dilakukan tidak "manusiawi".

Baca juga: Trump Ancam Bakal Menyapu Ekonomi Turki jika Serangan ke Kurdi Suriah Tak Adil

Menjelaskan pernyataan presiden tentang serangan yang tidak melanggar batasan yang diperingatkan Trump, pejabat itu mengatakan bahwa serangan tidak sampai mengarah pada "pembersihan etnis, serta serangan udara maupun artileri tanpa pandang bulu yang diarahkan langsung pada populasi sipil".

"Itulah yang kita lihat saat ini. Kami belum melihat contoh yang signifikan sejauh ini, tetapi kita masih sangat awal," ujar pejabat itu, yang tidak ingin disebut namanya, kepada wartawan.

Pejabat itu menambahkan, bahwa operasi militer yang dimulai pada Rabu (9/10/2019) lalu itu belum dalam skala besar.

"Turki belum benar-benar terlibat secara mendalam atau dalam jumlah besar memasuki perbatasan."

"Itulah salah satu alasan mengapa kami mengeluarkan begitu banyak peringatan, karena kami sangat prihatin dengan serangan yang tidak pandang bulu," tambah pejabat itu.

Baca juga: Trump Bantah Mengabaikan Kurdi Suriah di Tengah Rencana Operasi Militer Turki

Trump telah menuai kecaman keras yang menuduh dirinya telah meninggalkan pasuka Kurdi di Suriah, yang menjadi sekutu AS dalam melawan kelompok teroris ISIS.

Kecaman terhadap Trump bahkan datang dari kubu pendukung Partai Republik.

Operasi militer Turki ke Suriah kali ini dimungkinkan setelah adanya penarikan pasukan AS dari negara itu, yang selama ini telah efektif menjadi pencegah masuknya serangan dari Ankara.

Namun, Kamis (10/10/2019), Trump mengatakan di Twitter bahwa pihaknya berharap untuk dapat menjadi penengah kesepakatan antara Turki dengan Kurdi Suriah.

Trump bahkan menyebut alternatif lainnya adalah dengan mengirim ribuan tentara atau memukul Turki dengan sanksi yang keras.

Baca juga: Serangan Turki Disebut Hantam Penjara Berisi Anggota ISIS

Menjelaskan pernyataan Trump, sumber pejabat AS mengatakan bahwa presiden telah memerintahkan para diplomatnya untuk mencari cara guna mengakhiri kekerasan di Suriah.

"Kami telah ditugaskan oleh presiden untuk mencoba mencari kesamaan di antara kedua belah pihak yang bertikai, agar kami dapat menemukan jalan menuju gencatan senjata," kata pejabat itu.

"Itu adalah jalan yang paling disukai oleh presiden, penyelesaian yang dinegosiasikan," tambahnya.

Ankara di masa lalu sempat mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah puluhan tahun melancarkan serangan separatis di Turki.

Baik Erdogan maupun pemerintahan Trump telah mengaitkan PKK dengan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), yang mendominasi Pasukan Demokratik Suriah (SDF).

Baca juga: Erdogan Ancam Banjiri Eropa dengan Jutaan Pengungsi jika Kritik Serangan ke Kurdi Suriah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com