WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Donald Trump mengatakan, dia meminta Turki dan Kurdi supaya "memikirkan sendiri situasinya" setelah pasukan AS direncanakan ditarik dari Suriah.
Dalam serangkaian kicauan di Twitter, dia menuturkan AS sudah berdinas di Suriah selama bertahun-tahun di mana mereka seharusnya hanya terjun selama 30 hari.
Trump menyebut seiring dengan naiknya dia sebagai Presiden AS, mereka dengan cepat mengalahkan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Baca juga: Turki Hendak Gelar Operasi Militer ke Utara Suriah, PBB Bersiap yang Terburuk
Termasuk, menawan banyak anggota ISIS yang berasal dari Eropa. Trump mengeluh bagaimana Eropa menolak untuk menerima kembali warganya.
Dilansir AFP Senin (7/10/2019), dia mengomentari bahwa Kurdi memang berjuang bersama AS. Namun, dia mengklaim Kurdi dibayar dengan uang dan peralatan.
Presiden berusia 73 tahun itu mengklaim dia sudah menahan peperangan antara Kurdi dan Suriah selama hampir tiga tahun terakhir.
"Namun ini adalah waktunya bagi kami keluar dari Perang Abadi ini dan memulangkan pasukan. Kami hanya akan berperang di lokasi yang menguntungkan, dan menang," tegasnya.
"Turki, Eropa, Suriah, Iran, Irak, Rusia, dan Kurdi kini harus memikirkan sendiri situasinya, dan apa yang akan mereka lakukan dengan tawanan ISIS itu," lanjutnya.
...figure the situation out, and what they want to do with the captured ISIS fighters in their “neighborhood.” They all hate ISIS, have been enemies for years. We are 7000 miles away and will crush ISIS again if they come anywhere near us!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) October 7, 2019
Dia menuturkan negara-negara itu membenci ISIS, dan menegaskan Washington bakal menghancurkan ISIS jika berani mendatangi mereka.
Sebelumnya, Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dengan Kurdi sebagai ujung tombaknya berujar, penarikan pasukan AS bakal mengakibatkan kekosongan keamanan.
Kondisi itu bisa dimanfaatkan oleh ISIS untuk kembali. Namun Ankara menegaskan mereka siap melenyapkannya jika kembali lagi.
Pada Minggu (6/10/2019), Gedung Putih menjelaskan bahwa Ankara bakal segera mengeksekusi rencana invasi yang sudah lama mereka rencanakan.
Turki berniat mengusir pasukan Kurdi Suriah perbatasan, dengan menyebut mereka sebagai "teroris" pemberontakan Kurdi di sana.
Ankara sudah dua kali menggelar serangan. Yakni pada 2016 dan 2018 melawan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), milisi yang jadi tulang punggung SDF.
Dimarjinalisasi dalam jangka panjang, Kurdi Suriah memilih menghindari perang saudara, dan fokus dalam menumpas kelompok ISIS.
Di area Ras al-Ain, Tal Abyad, dan Kobane, dilaporkan milisi Kurdi mulai menggali parit dan terowongan untuk bersiap menghadapi serangan Turki.
Baca juga: Khawatir ISIS Bakal Kembali jika Kurdi Diserang, Ini Jawaban Turki
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.