Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih dari 100 Demonstran Tewas, Militer Irak Akui Gunakan Kekerasan Berlebihan

Kompas.com - 07/10/2019, 20:19 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

TEHERAN, KOMPAS.com - Militer Irak akhirnya mengakui untuk pertama kalinya, bahwa mereka telah menggunakan "kekerasan berlebihan" dalam menghadapi aksi demonstrasi dalam sepekan terakhir.

Lebih dari 100 orang tewas dan ribuan lainnya terluka dalam aksi demonstrasi yang semakin meningkat menjadi aksi kekerasan.

Para saksi melaporkan, pasukan keamanan telah menggunakan meriam air, gas air mata, hingga peluru tajam.

Dalam protes massa di kota Sadr, timur Baghdad, pada Minggu (6/10/2019) malam, sebanyak 13 orang dilaporkan tewas, menurut petugas medis dan aparat keamanan.

Baca juga: Ribuan Warga Gelar Demonstrasi di Irak, 30 Orang Tewas dalam 3 Hari

"Kekerasan berlebihan di luar aturan keterlibatan telah digunakan dan kami telah mulai menuntut pertanggungjawaban dari para perwira komandan yang melakukan tindakan salah ini," kata pihak militer.

Perdana Menteri Irak Adel Abdel Mahdi juga telah menginstruksikan pasukan militer untuk diganti dengan unit polisi federal, serta memerintahkan dinas intelijen untuk memulai penyelidikan atas insiden tersebut.

Pengakuan militer atas penggunaan kekerasan berlebihan menjadi yang pertama kali sejak pecahnya aksi protes di Irak.

Sebelumnya perdana menteri sempat bersikeras bahwa militer telah bertindak dalam standar internasional saat menangani aksi protes di Baghdad dan kota lainnya.

Baca juga: 1.000 Warga Irak Turun ke Jalan, Memprotes Aksi Korupsi dan Layanan Publik Buruk

Pada Senin (7/10/2019) pagi, situasi ketegangan di kota Baghdad dan kota-kota lainnya di selatan Irak telah mereda dan tidak ada aksi terlihat, meski para pengunjuk rasa biasanya baru mulai berkumpul pada malam hari.

Aksi protes yang dipicu ketidakpuasan terhadap pemerintah, salah satunya menuntut untuk mundurnya perdana menteri.

Namun perdana menteri justru mengumumkan serangkaian reformasi untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan sosial dan mengusir pada pejabat yang korup.

Sebaliknya, Abdel Mahdi menuduh aksi protes telah disusupi, sebuah klaim yang juga didukung oleh kelompok paramiliter Hashsh al-Shaabi, yang sebagian besar Syiah dan pro-Iran.

"Kami tahu siapa yang mendukung aksi protes ini. Rencana untuk menjatuhkan rezim telah digagalkan," kata pemimpin Hashsh al-Shaabi, Faleh al-Fayyadh, di Baghdad.

Baca juga: Korban Tewas Demonstrasi di Irak Capai 73 Orang

Pada kesempatan itu, al-Fayyadh juga mengatakan bahwa pasukannya akan mendukung tindakan terhadap institusi korup, namun tidak untuk "jatuhnya rezim", seruan yang lebih menonjol dalam protes pada beberapa hari terakhir.

"Mereka yang ingin mencemarkan nama baik Irak akan dihukum," kata Fayyadh, menambahkan pasukannya siap menerima perintah dari Baghdad.

Dukungan terhadap pemerintah Irak juga datang dari pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang menuding "musuh" telah berusaha menggerakkan ganjalan antara Teheran dan Baghdad.

"Musuh berusaha untuk menabur perselisihan tetapi mereka telah gagal dan konspirasi mereka tidak akan efektif," kata Khamenei seperti dikutip di akun Twitter kantornya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com