Walau meraih kemenangan mengejutkan di pemilu Mei 2018, hanya 25-30 persen Suku Melayu yang memilih Pakatan Harapan. Sisanya memberi suara ke UMNO dan PAS.
Rendahnya dukungan ini berpotensi berdampak negatif bagi peluang Pakatan untuk kembali terpilih pada pemilu berikutnya yang harus digelar paling lambat pada Mei 2023.
Terlebih lagi, ancaman UMNO dan PAS semakin nyata setelah bulan lalu kedua partai resmi membentuk koalisi untuk mengalahkan Pakatan Harapan.
Terpecahnya suara Suku Melayu pada pemilu tahun lalu menjadi kunci utama kemenangan Pakatan Harapan dan Mahathir.
Baca juga: Mahathir Nilai Pemimpin Hong Kong Harus Mundur Buntut Demonstrasi yang Terjadi
Jika perolehan suara kedua partai digabungkan, tercatat 21 distrik parlemen yang dimenangkan Pakatan akan jatuh ke tangan koalisi UMNO dan PAS.
Tanpa 21 kursi ini, Mahathir dan koalisinya tidak akan dapat membentuk pemerintahan mayoritas di Parlemen Malaysia.
Bukan sekali ini PM yang pernah berkuasa pada 1981 sampai 2003 tersebut mengeluarkan pernyataan kontroversial mengenai suku Melayu.
Bulan lalu melalui blog pribadinya, Mahathir menulis bahwa suku Melayu tetap miskin karena tidak mau bekerja keras.
"Nasib kita ada di tangan kita sendiri. Marah-marah kepada yang lain tidak akan menyelesaikan persoalan. Suku Melayu tetap miskin karena tidak mau bekerja keras dan serius berbisnis," tulis Mahathir.
Baca juga: Transisi Kekuasaan ke Anwar Ibrahim, Mahathir Mengaku Belum Membicarakannya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.