WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) menyatakan, mereka tak akan mendukung atau berpartisipasi dalam rencana Turki menginvasi utara Suriah.
Pernyataan itu memunculkan kekhawatiran bahwa Washington hendak meninggalkan milisi Kurdi yang menjadi sekutu dalam memerangi ISIS.
Gedung Putih menyatakan, keputusan itu diambil setelah percakapan telepon antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Baca juga: Konvoi Militer Turki Diserang Suriah, 3 Warga Sipil Tewas
Dilansir Sky News Minggu (6/10/2019), sekitar 1.000 tentara AS yang berada di kawasan utara Suriah bakal ditarik "sesegera mungkin".
"Pasukan AS tidak akan mendukung atau terlibat di dalam operasi, Turki bakal segera mengeksekusi operasi ke Utara Suriah," terang Washington dikutip BBC.
Turki ingin membersihkan milisi Kurdi, yang mereka anggap sebagai teroris, dari perbatasan. Erdogan pun telah mengancam bakal menggelar operasi militer.
Milisi Kurdi, melalui organisasi Unit Perlindungan Rakyat (YPG), telah mendapat sokongan luar biasa dari Washington selama operasi melawan ISIS.
Januari lalu, Trump sempat mengancam bakal menghancurkan ekonomi Turki jika mereka berani menyerang pasukan Kurdi, di tengah rencananya untuk memulangkan serdadu AS dari Suriah.
Baik politisi Demokrat maupun Republik memperingatkan, serangan Ankara ke Kurdi bakal mengkhawatirkan sekutu AS di seluruh dunia.
Keterangan dari Gedung Putih memaparkan, Ankara bakal bertanggung jawab atas tahanan ISIS setelah Perancis, Jerman, dan negara lain menolak permintaan mereka.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanKunjungi kanal-kanal Sonora.id
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.