Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul Informan Pelapor Kedua dalam Penyelidikan Pemakzulan Trump

Kompas.com - 07/10/2019, 11:01 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendapat serangan baru dalam penyelidikan pemakzulan terhadap dirinya.

Penyelidikan formal untuk pemakzulan Presiden Trump oleh Partai Demokrat diumumkan pada 25 September lalu, yang didasarkan pada laporan pengaduan seorang informan (whistleblower).

Kini, seorang pengacara mengklaim bahwa ada informan kedua yang muncul dan mengaku memiliki informasi langsung tentang peristiwa yang memicu penyelidikan pemakzulan Trump atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan.

"Saya dapat mengonfirmasi laporan ini tentang adanya whistleblower kedua yang diwakili oleh tim hukum kami, kata Mark Zaid, pengacara informan tersebut di Twitter, Minggu (6/10/2019).

"Mereka juga membuat pengungkapan yang dilindungi hukum dan tidak dapat dibalas. Whistleblower ini memiliki informasi tangan pertama," lanjutnya, dikutip AFP.

Baca juga: Tuduh Joe Biden dan Keluarganya Korup, Trump: Anda Sebaiknya Menyerah

Klaim adanya informan kedua dalam penyelidikan pemakzulan Trump ini sebelumnya telah diisyaratkan oleh wakil penasihat Zaid, Andrew Bakaj, yang pekan lalu mengatakan bahwa perusahaan dan timnya mewakili "beberapa pelapor".

Tidak segera jelas saat itu apakah alasan Bakaj menggunakan kata "beberapa" untuk merujuk adanya lebih dari seorang pelapor.

Diketahui bahwa biasanya akan ada sejumlah petugas yang memag ditugaskan untuk mendengarkan pembicaraan telepon antara presiden dengan para pemimpin negara asing.

Keberadaan pelapor yang mengklaim bahwa mereka memiliki informasi langsung tentang panggilan telepon Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, diyakini bakal mempersulit presiden maupun para pendukungnya untuk mengabaikan keluhan ini sebagai hanya kabar angin.

Baca juga: Trump Buka-bukaan Ingin agar Ukraina dan China Selidiki Joe Biden

Sebelumnya diberitakan, Trump telah berulang kali membantah tuduhan sebagaimana yang disampaikan pihak Demokrat saat mengumumkan penyelidikan formal terhadap dirinya.

Trump telah dituduh menyalahgunakan kekuasaannya sebagai presiden Amerika Serikat dengan menahan bantuan militer kepada Ukraina dan meminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menggelar penyelidikan terhadap mantan wakil presiden AS Joe Biden dan putranya Hunter Biden.

Gedung Putih telah merilis catatan transkrip pembicaraan telepon antara Trump dengan Zelensky pada 25 Juli lalu, yang mengonfirmasi permintaan bantuan dari pihak Trump.

Trump bahkan telah mengakui bahwa dirinya memang meminta bantuan kepada Ukraina dan China untuk menyelidiki Joe Biden dalam kaitannya dengan dugaan tindak korupsi.

Namun Trump menyangkal menyebutnya menyalahgunakan kekuasaan dan mengatakan bahwa hal itu merupakan haknya sebagai presiden.

Baca juga: Minta Bantuan Negara Lain Selidiki Joe Biden, Trump: Saya Punya Hak

"Sebagai presiden AS, saya mempunyai, atau mungkin tugas, untuk menginvestigasi, dan diinvestigasi, soal korupsi," tegas Trump di Twitter.

"Dan (hak) itu termasuk di antaranya adalah meminta, atau menyarankan negara lain membantu kami!" lanjut presiden dari Partai Republik itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com