Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Demonstrasi Hong Kong, Inilah Sosok "Malaikat Pelindung" Demonstran dan Polisi

Kompas.com - 05/10/2019, 18:23 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

HONG KONG, KOMPAS.com - Mereka mengenakan rompi kuning cerah, usia mereka juga begitu senja. Namun mereka dengan sigap bergerak ketika bentrokan dalam demonstrasi Hong Kong terjadi.

Seperti misalnya dalam kerusuhan di sebuah mal Minggu (29/9/2019). Saat itu, sekelompok demonstran berlindung dari polisi dengan berdiri di belakang warga lansia itu.

Dalam rompinya, tercetak tulisan "Protect the Children". Sebuah kelompok yang lahir sebagai respons atas semakin brutalnya polisi dalam menangani demonstran dalam demonstrasi Hong Kong.

Baca juga: Bocah 14 Tahun Ditembak di Kaki dalam Demonstrasi Hong Kong

"Mengapa kalian terus menangapi orang-orang? Mereka generasi muda Hong Kong. Mereka mencintai demokrasi," teriak Paman Wong yang berusia 82 tahun.

Dengan gagah seperti dilansir SCMP Sabtu (5/10/2019), dia menghadapi unit taktis khusus polisi, dikenal sebagai Raptors, dalam menangkal pendemo.

Meski usianya begitu senja, Paman Wong menjadi "Malaikat Pelindung" dengan berdiri di antara demonstran dan polisi, dan berharap ketegangan mereda.

Beberapa menit sebelum konfrontasi, dia bersandar ke dinding, matanya terpejam. Nampaknya dia kesakitan dengan gas air mata yang ditembakkan.

Para pengunjuk rasa yang berada di dekatnya, baik tua atau pun muda, segera berkumpul. Mereka memberikannya air atau menyemangatinya.

Gambar Paman Wong membawa tongkat di atas kepalanya, dan berdiri gagah menghadapi polisi anti-huru hara menjadi satu faktor yang menentukan dalam demonstrasi Hong Kong.

Bersama relawan lain seperti Paman Chan (73) dan warga lansia lainnya, mereka menjadi "Malaikat Pelindung" dan meminta kedua kubu mempertimbangkan dampak aksi untuk mendinginkan situasi.

Dia menuturkan situasi yang dihadapinya sangat berbahaya. Apalagi ketika dia berada di tengah kepulan asap gas air mata atau semprotan merica.

"Namun yang bisa kami lakukan hanyalah berdiri selama 2-3 detik di depan polisi, dan meminta mereka supaya keadaan mereda," katanya.

Dia menjelaskan jika nantinya polisi membubarkan diri, mereka merasa senang. Sebab, ancaman yang dihadapi demonstran adalah 10 tahun penjara.

Baca juga: China Dukung Larangan Pakai Penutup Wajah dalam Demonstrasi Hong Kong

"Lebih baik mereka membunuh saya daripada anak-anak itu. Kami sudah tua. Namun mereka adalah generasi muda Hong KOng," kata Wong dikutip AFP via Hong Kong Free Press.

Sama seperti koleganya, Paman Chan sudah siap jika sewaktu-waktu dia ditangkap polisi. "Namun mereka harus punya alasan yang masuk akal," bebernya.

Protect the Children merupakan satu dari sekelompok relawan yang mengawasi pendemo sejak aksi protes dimulai pada Juni lalu.

Anggotanya yang terdiri dari sopir hingga ibu rumah tangga dibekali dengan helm, masker gas, dan google yang disebut Chan sebagai "tiga harta berharga".

Mereka mempunyai pusat komando, dan mengerahkan pasukan "rambut perak" ke berbagai lokasi bentrokan menggunakan kendaraan yang ada.

Selama menjalankan aksinya, mereka ditemani dengan pemuka agama atau pekerja sosial. "Kami harap ketika kami muncul, mereka bakal mereda," kata Chan.

Kelompok itu mempunyai unit pendukung emosional, dan jika diperlukan, mereka siap untuk memulangkan demonstran yang masih muda.

Selama masa tenang, mereka akan berkeliling dan menyerukan supaya demonstran atau pun pengguna jalan untuk segera menjauh dari rute yang dijaga polisi.

Lama kelamaan, polisi mulai melihat kelompok tersebut sebagai gangguan. Tak jarak aparat setempat berteriak bahwa Protect the Children malah menghancurkan anak-anak.

Baca juga: Remaja Demonstran Hong Kong yang Ditembak Polisi Terancam Hukuman 12 Tahun Penjara

Chan mengatakan, pada Juli hingga Agustus, dia melihat sikap polisi berubah, di mana mereka sering dikecam karena mengganggu tugas penegak hukum.

Bahkan, polisi mengancam bakal menangkap mereka. Juru bicara kepolisian menolak mengomentari grup tersebut, maupun potensi hukum yang bakal mereka hadapi.

September lalu, polisi menuai kecaman setelah muncul video yang memperlihatkan ada anggota mereka yang menendang relawan Protect the Children.

Polisi mengklaim mereka menendang "obyek kuning", dan mengaku videonya adalah rekayasa. Bahkan mereka mengaku si relawan yang duluan menyerang, meski tak bisa dibuktikan.

Pendeta Roy Chan selaku penggagas relawan memaparkan, Protect the Children merupakan kelompok untuk menyebarkan cinta bagi dua kubu.

Baca juga: Pemimpin Hong Kong Mengaku Belum Tahu Seruan Mahathir Supaya Dia Mundur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com