OXFORD, KOMPAS.com - Sebuah laporan penelitian yang dilakukan peneliti di Oxford mengungkapkan, China mempunyai setidaknya 2.000.000 buzzer (pendengung) untuk melakukan propaganda.
Laporan itu bertajuk The Global Disinformation Order 2019 Global Inventory of Organised Social Media Manipulation, dan menunjukkan pesatnya disinformasi di dunia global saat ini.
Dalam laporannya, peneliti Oxford memasukkan China ke dalam pasukan siber (buzzer) kelas atas. Yakni melibatkan tim serta pendanaan besar.
Dalam laporannya, China disebutkan mempunyai tim dengan estimasi jumlah antara 300.000 hingga 2.000.000 yang tersebar di kantor lokal dan regional.
Selain itu seperti diberitakan Channel News Asia Rabu (2/10/2019), China mulai mengalihkan perhatian ke media sosial skala global.
Selama ini, kelompok buzzer Beijing fokus kepada media sosial lokal seperti WeChat atau Weibo. Namun belakangan mereka juga merambah Twitter dan Facebook.
"Pada 2019, pemerintah China mulai fokus menangkal demonstran Hong Kong, di mana aksi pro-demokrasi dipandang sebagai gerakan radikal tanpa dukungan rakyat," ungkap laporan peneliti Oxford.
Temuan dalam laporan Global Disinformation Order itu juga diperkuat keterangan Twitter dan Facebook soal adanya propaganda yang didukung pemerintah China.
"Kami menemukan adanya operasi informasi didukung negara yang berfokus soal pergerakan protes dan seruan mereka akan perubahan politik," ujar Twitter Agustus lalu.
Dalam keterangan resminya, microblogging asal California itu sudah mengetahui, dan langsung melakukan langkah menghapus akun yang datang dari China.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.