Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Warga Gelar Demonstrasi di Irak, 30 Orang Tewas dalam 3 Hari

Kompas.com - 04/10/2019, 06:26 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

BAGHDAD, KOMPAS.com - Ribuan warga Irak turun ke jalan-jalan kota untuk mengikuti aksi unjuk rasa menentang pemerintah pada Kamis (3/10/2019).

Pada hari ketiga aksi demonstrasi sudah ada setidaknya 30 orang yang dilaporkan tewas, termasuk dua petugas polisi. Sementara lebih dari 1.000 orang lainnya mengalami luka-luka.

Lebih dari separuh korban tewas dalam aksi protes selama tiga hari terakhir berada di kota Nasiriyah, di mana dalam aksi pada Kamis kemarin, tujuh orang pengunjuk rasa ditembak mati dan belasan lainnya luka-luka.

Sementara di kota Amarah di dekatnya, petugas medis dan sumber keamanan menyebut ada empat orang demonstran yang tewas.

Baca juga: 1.000 Warga Irak Turun ke Jalan, Memprotes Aksi Korupsi dan Layanan Publik Buruk

Dua pengunjuk rasa dan seorang perwira polisi tewas di Diwaniyah dan satu demonstran tewas di Al-Hilla, juga di selatan Baghdad.

Sebagian pengunjuk rasa membawa bendera Irak, sementara lainnya mengibarkan bendera bertuliskan nama Hussein, cucu Nabi Muhammad.

Sementara polisi anti-huru hara dan pasukan militer melepaskan tembakan ke arah massa pengunjuk rasa menggunakan senapan otomatis yang terpasang di atas kendaraan militer.

"Mengapa polisi menembaki rakyat Irak seperti mereka? Mereka menderita sama seperti kita, mereka seharusnya membantu dan melindungi kita," seru salah seorang demonstran, Abu Jaafar.

Aksi unjuk rasa dimulai pada Selasa (1/10/2019) di Baghdad, yang didorong keluhan berkepanjangan sejak lebih dari setahun lalu, kemudian dipicu kelangkaan air yang parah dan menyebabkan krisis kesehatan meluas.

Massa unjuk rasa melampiaskan amarah terhadap korupsi, pengangguran, dan layanan buruk yang menjadi tantangan Perdana Menteri Adel Abdel Mahdi.

Baca juga: Ritual Asyura di Irak Ricuh, Lebih dari 30 Orang Tewas Akibat Berdesakan

Abdel Mahdi menjabat sejak Oktober 2018 sebagai kandidat konsensus, setelah demonstrasi tahun lalu mengakhiri peluang Haider al-Abadi dari masa jabatan kedua.

Dia berjanji untuk mereformasi lembaga-lembaga yang tidak efisien, memberantas korupsi, dan memerangi pengangguran.

Namun setelah hampir satu tahun menjabat, janji-janjinya tidak terpenuhi dan mendorong rakyat untuk turun ke jalan dan menggelar aksi pada awal pekan ini.

Protes yang awalnya hanya digelar di Baghdad telah dengan cepat menyebar ke wilayah selatan, yang sebagian besar penduduknya adalah Muslim Syiah, termasuk di provinsi Dhi Qar, Missan, Najaf, Basra, Wasit dan Babel.

Sejak saat itu, aksi yang lebih banyak digelar di Irak selatan itu juga menuduh pemerintah pusat telah gagal mengatasi kesenjangan infrastruktur yang mendalam, serta tingginya angka pengangguran kaum muda.

Sejumlah kota di selatan India dilaporkan telah memberlakukan jam malam, di mana polisi membanjiri jalanan.

Baca juga: Pencari Suaka dari Irak Unjuk Rasa di Depan Kantor UNHCR

Sementara di wilayah selatan ricuh, situasi berbeda terjadi di Irak utara yang didominasi Kurdi dan serta provinsi di barat yang didominasi Islam Sunni, yang relatif lebih tenang.

Ketegangan diperburuk oleh penutupan kantor-kantor pemerintahan di Baghdad, serta adanya ajakan untuk pemogokan massal yang diserukan ulama Moqtada al-Sadr.

Sadr diketahui berada di balik aksi protes besar di Baghdad pada 2016, ketika para pendukungnya menyerbu Zona Hijau, tempat sejumlah gedung kementerian dan kantor kedutaan besar asing.

Namun keterlibatannya dalam aksi kali ini tampaknya jauh lebih terbatas. Tetapi bila para pengikutnya bergabung dalam protes, aksi unjuk rasa kemungkinan akan semakin besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com