Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Berencana Kumpulkan DNA Para Migran yang Masuk Wilayahnya secara Ilegal

Kompas.com - 03/10/2019, 23:22 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON, KOMPAS.com - Pemerintah Amerika Serikat berencana mengumpulkan DNA dari para migran yang ditahan setelah memasuki wilayah negara itu secara ilegal.

Dilansir AFP, Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) sedang menyusun rencana untuk mengambil dan mengumpulkan sampel DNA dari para imigran tanpa dokumen.

Nantinya, sampel yang telah dikumpulkan bakal disimpan dalam database nasional untuk profil DNA pelaku kriminal.

Menurut sumber yang berbicara kepada wartawan dengan syarat anonimitas, para pejabat DHS mengatakan bahwa kebijakan baru itu akan memberi gambaran lebih luas kepada agen imigrasi dan kontrol perbatasan mengenai situasi migran dan tahanan.

Baca juga: Trump Disebut Usulkan Tembak Migran yang Berusaha Masuk di Bagian Kaki

Selain itu, dengan menyimpan sampel DNA di database milik FBI, maka data tersebut akan bisa digunakan dalam penegakan hukum di kemudian hari.

"Hal itu akan dapat meningkatkan kemampuan kita untuk lebih jauh mengidentifikasi seseorang yang masuk ke negara kita secara ilegal," kata seorang pejabat.

"Ini juga akan membantu organisasi lain dalam mengidentifikasi mereka (para migran)," lanjutnya, dikutip AFP.

Para pejabat mengatakan bahwa mereka telah diminta untuk mengambil sampel DNA dengan aturan tentang penanganan orang yang ditangkap dan terpidana, yang dikeluarkan oleh Departemen Kehakiman pada 2006 dan 2010, tetapi belum terlaksana.

Mereka mengatakan program untuk mengumpulkan DNA masih dalam pengembangan dan belum ada kepastian yang ditetapkan kapan hal itu akan diimplementasikan.

Baca juga: Berusaha Masuk AS, Seorang Migran Ditembak Mati Polisi Meksiko di Depan Anaknya

Tindakan petugas untuk mengumpulkan dan menyimpan DNA orang-orang yang ditahan dan tidak diadili atau dihukum karena kejahatan telah menuai kritik dari para pembela hak-hak sipil.

Hal itu berkaitan dengan masalah perlindungan kebebasan privasi.

"Pengumpulan DNA secara paksa meningkatkan kekhawatiran terkait isu privasi dan kebebasan sipil yang serius, serta kurangnya pembenaran, terutama ketika DHS sudah menggunakan metode identifikasi yang lebih tidak mengganggu, seperti pendataan sidik jari," ujar Vera Eidelman, pengacara dari American Civil Liberties Union, dalam sebuah pernyataan.

"Pengumpulan massal semacam ini juga mengubah tujuan pengumpulan DNA dari investigasi kriminal ke pengawasan populasi, yang bertentangan dengan gagasan dasar kami tentang kebebasan dan otonomi," tambah Eidelman.

Baca juga: Meksiko Lebih Banyak Deportasi Migran sejak Diancam AS

Awal tahun ini, Patroli Perbatasan AS telah mulai melakukan "tes DNA cepat" terhadap para migran yang melintasi perbatasan sebagai unit keluarga untuk menentukan apakah individu tersebut benar-benar terkait dan tidak membuat klaim penipuan.

Program baru ini dikatakan bakal dapat mengumpulkan lebih banyak informasi genetik daripada program sebelumnya, dan akan menyimpannya.

"Ini pada dasarnya berbeda dari tes DNA cepat. Ini adalah profil DNA yang lebih lengkap," ujar seorang pejabat lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com