PARIS, KOMPAS.com - Seorang pria yang membawa pisau secara tiba-tiba menyerang para petugas di markas polisi kota Paris, Kamis (3/10/219).
Empat petugas polisi dilaporkan tewas akibat tikaman pisau, sementara pelaku penyerangan ditembak mati.
Dilansir AFP, pelaku penyerangan diketahui adalah salah seorang pekerja administratif di markas polisi, namun belum ada penjelasan tentang tugasnya yang sebenarnya.
Polisi segera menutup area di sekitar kantor polisi, yang biasanya penuh dengan turis, karena berada di dekat tempat wisata bersejarah di Paris, seperti katedral Notre-Dame.
Penutupan oleh polisi juga dilakukan di stasiun metro yang terdekat dengan lokasi markas polisi dengan alasan keamanan.
Baca juga: Suhu Panas Landa Paris, Gereja Notre Dame Pun Terancam
Puluhan polisi dan kendaraan darurat ditempatkan di lokasi kejadian, demikian dilaporkan wartawan AFP.
Sebuah pesan darurat disiarkan melaliu pengeras suara di gedung pengadilan yang bersebelahan dengan kantor polisi, mengumumkan tentang insiden penyerangan di kantor polisi.
"Orang-orang berlarian, ada yang menangis. Saya mendengar suara tembakan, sesaat kemudian saya melihat petugas yang menangis. Mereka panik," ujar Emery Siamandi, penerjemah yang kebetulan berada di gedung itu saat serangan terjadi.
Menteri Dalam Negeri Perancis Christophe Castaner, yang dijadwalkan berangkat untuk kunjungan ke Turki menunda perjalanannya dan segera menuju ke lokasi serangan.
Baca juga: Anggota ISIS Pelaku Serangan Paris 2015 Dapat Ganti Rugi Rp 7 Juta
Belum ada pernyataan resmi dari pihak kepolisian menyangkut aksi penyerangan yang terjadi di jantung ibu kota Perancis itu.
Menurut Jean-Marc Bailleul, pemimpin serikat polisi, insiden penyerangan itu lebih merupakan tindak kriminal dan bukan teror.
"Itu adalah momen kegilaan," kata Bailleul kepada BFM TV, dikutip Reuters.
Penyelidik mencurigai perselisihan di tempat kerja menjadi pemicu serangan, yang disebut paling mematikan terhadap polisi di Perancis dalam beberapa tahun terakhir.
Sementara menurut Christophe Crepin, pejabat polisi dan anggota kolektif "Police up in Anger" yang mengadvokasi kondisi yang lebih baik bagi para petugas polisi, penyerangan tersebut kemungkinan dipicu permasalahan pelaku dengan atasannya.
"Saya tahu ada ketegangan antara pelaku dengan penyelia langsungnya. Saya tidak berpikir itu adalah tindakan teroris," ujarnya dikutip stasiun radio, franceinfo.
Baca juga: Kedubes China di Paris Minta Warganya Hati-hati dengan Penjahat Cantik
Seorang pejabat di kantor anti-terorisme jaksa penuntut mengatakan bahwa untuk saat ini kantornya tidak memimpin penyelidikan.
Sejak 2015, Perancis telah diguncang serangkaian serangan yang dituduhkan kepada para militan. Negara telah berada dalam status waspada setelah serangan tersebut.
Pada Januari 2015, dua pria bersenjatakan senapan Kalashnikov menyerbu kantor mingguan Charlie Hebdo di Paris, menewaskan 12 orang.
Seorang polisi wanita tewas di luar Paris pada hari berikutnya, sementara seorang pria bersenjata mengambil sandera di sebuah supermarket Yahudi, empat di antaranya tewas.
Pada 15 November tahun itu, Perancis dilanda serangan teror terburuk dalam sejarahnya, di mana anggota ISIS menyerang pertandingan sepak bola Perancis melawan Jerman di stadion nasional, kafe, dan aula konser Bataclan, dalam serangan terkoordinasi yang menyebabkan 130 orang tewas dan lebih dari 350 luka-luka.
Baca juga: Kebakaran Hebat Hancurkan Menara Gereja Notre Dame di Paris
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.