Ketua Asosiasi Polisi Junior Lam Chi-wai berkata, dia meminta pemerintah Hong Kong untuk menerapkan jam malam demi memulihkan keamanan.
Lam mengatakan polisi tidak punya kewenangan lebih. "Kami tak bisa bekerja sendiri tanpa dukungan dari level atas," paparnya.
Kabar itu juga menyusul insiden tertembaknya jurnalis asal Indonesia, Veby Mega Indah, dalam bentrokan Minggu (29/9/2019).
Baca juga: Polisi Tembak Seorang Demonstran dalam Bentrokan di Hong Kong, Ini Alasannya
Pengacara Veby, Michael Vidler, mengungkapkan satu mata sang jurnalis buta akibat tertembak peluru karet polisi Hong Kong.
Aksi protes mulai terjadi pada awal 2019 di mana pemerintah lokal menggulirkan RUU Ekstradisi yang membuat terduga pelaku kejahatan dikirim ke China daratan.
Bagi pihak kontra, rancangan itu membuat Hong Kong bisa memunculkan kekhawatiran akan terjadinya persidangan yang tidak adil.
Mereka kemudian turun ke jalan sejak Juni, di mana sebulan kemudian, pemimpin Hong Kong Carrie Lam menyatakan bahwa RUU itu "sudah mati".
Namun, meski akhirnya Lam mengumumkan bahwa RUU Ekstradisi itu dicabut, gelombang aksi protes yang tak jarang disertai bentrokan terus terjadi.
Baca juga: Polisi Hong Kong Tembak Dada Demonstran dalam Bentrokan
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan