Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Utara Tembakkan Rudal Balistik dari Kapal Selam

Kompas.com - 02/10/2019, 14:24 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

SEOUL, KOMPAS.com - Korea Utara dilaporkan menembakkan rudal balistik dari kapal selam, sehari setelah mereka menyatakan dialog dengan AS akan digelar.

Analis menyatakan, Pyongyang sering menggunakan militer sebagai alat untuk menekan negosiasi dengan lawannya, dengan sistem senjata terus mengalami peningkatan.

Salah satu peningkatannya adalah rudal balistik yang ditembakkan Korea Utara dari kapal selam, demikian laporan dari AFP Rabu (2/10/2019).

Baca juga: Korea Utara Tembakkan Proyektil Sehari Setelah Mengaku Siap Dialog dengan AS

Kemampuan itu membuat Korut mampu menjangkau luar Semenanjung Korea, sekaligus merupakan "serangan cadangan" mereka jika diserang musuh.

Kantor Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (Korsel) menyatakan, mereka mengidentifikasi ada dua rudal balistik melaju sejauh 450 kilometer dengan ketinggian maksimum 910 kilometer.

Senjata itu diperkirakan adalah model Pukkuksong, rudal balistik yang ditembakkan dari kapal selam, dan saat ini dikembangkan oleh Pyongyang.

Äksi seperti itu dari Utara tidak membantu meredakan ketegangan kawasan, dan kami meminta supaya dihentikan segera," ujar Korsel.

Terakhir kali Korut menguji coba model Pukkuksong adalah tes pada Agustus 2016. Saat itu, Pukkuksong-1, atau KN-1, melaju sejauh 500 kilometer.

Amerika Serikat (AS) menyatakan mereka memantau situasi itu, di mana salah satu rudal sempat jatuh di kawasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Jepang.

"Peluncuran rudal balistik itu jelas melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. Kami sangat menyesalkan dan mengecamnya," kata Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.

Kabar itu terjadi sehari setelah Wakil Menteri Luar Negeri Korut Choe Son Hui berujar Pyongyang sepakat untuk berdialog dengan AS.

Dia mengatakan dua negara setuju menggelar "kontak awal" pada Jumat (4/10/2019), dengan perundingan dihelat keesokan harinya.

Keterangan itu dibenarkan juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Morgan Ortagus, di mana dia menuturkan dialog itu terjadi "pekan mendatang".

Baca juga: Korea Utara Ragu jika Bertemu Lagi dengan AS

Negosiasi denuklirisasi Korea Utara dan AS buntu setelah pertemuan kedua Presiden Donald Trump dan Pemimpin Kim Jong Un di Vietnam Februari lalu.

Keduanya kemudian sepakat melanjutkan perundingan setelah bertemu di Panmunjom, Zona Demiliterisasi, pada akhir Juni lalu.

Tetapi, Korut marah karena Washington tidak menghentikan latihan perang dengan Korsel yang mereka anggap bentuk persiapan invasi.

Peneliti dari Center for the National Interest, Harry Kazianis, menjelaskan Korea Utara ingin memastikan daya tawarnya sebelum perundingan dimulai.

"Mereka nampaknya ingin menekan Washington supaya tidak lagi menggunakan denuklirisasi penuh sebagai syarat sanksi dicabut," paparnya.

Baca juga: Jepang: Ancaman Militer China Lebih Berbahaya Dibanding Senjata Nuklir Korea Utara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com