Pengunjuk rasa lainnya, Frankie Lo (47), mengatakan dirinya telah lama tinggal di Australia, namun tetap peduli dengan situasi yang terjadi di kampung halamannya, Hong Kong.
"Kami masih percaya pada satu negara, dua sistem, tetapi mereka harus mengikuti Hukum Dasar. Ini bukan tentang kemerdekaan," katanya.
Dia menambahkan bahwa kepala eksekutif Hong Kong Carrie Lam, harus membentuk komite independen untuk menyelidiki dugaan kebrutalan polisi.
Baca juga: Pendemo Hong Kong Garis Keras: Kekerasan Itu Perlu
Sementara di Taipei, sekitar 2.000 orang, sebagian besar berpakaian hitam, berkumpul di bawah hujan lebat di luar gedung parlemen.
Mereka melancarkan aksi protes solidaritas Hong Kong terbesar di negara pulau itu.
Salah seorang peserta aksi, Pan Hou-hsun (40), menggambarkan nasib Taiwan dan Hong Kong yang saling berkaitan karena keduanya sama-sama dibayangi kekhawatiran akan sikap pemerintah China yang otoriter.
"Demi melindungi Taiwan yang demokratis dan independen, kami di sini berdiri di belakang Hong Kong," ujarnya kepada AFP.
Aksi yang telah digelar pada Sabtu (28/9/2019) di Taipei itu umumnya berlangsung damai, meski sempat terjadi insiden pelemparan cat terhadap orang tak dikenal terhadap bintang pop Hong Kong Denise Ho, yang turut mendukung aksi demonstrasi, saat sedang diwawancarai.
Baca juga: Situasi Tak Menentu, Warga Taiwan Diperingatkan Tak Kunjungi Hong Kong
Selain di Sydney dan Taipei, dilaporkan aksi demonstrasi serupa juga digelar di lebih dari 40 kota di seluruh dunia, sebagai bagian dari aksi global mendukung mendukung demokrasi Hong Kong.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan