Menajamnya polarisasi juga terlihat di pemilu 2016 ketika untuk pertama kalinya hasil pilpres selaras 100% dengan hasil pemilihan senat.
Saat ini hanya ada dua senator Republiken yang berasal dari negara bagian yang dimenangkan Hillary Clinton di pilpres 2016.
Mereka adalah Collins dan Senator Cory Gardner dari Colorado. Kedua senator ini akan menghadapi medan pertempuran yang sulit untuk kembali terpilih pada pemilihan senat 2020.
Bagi 51 senator Republik lain, mendukung pemakzulan Trump adalah bunuh diri politik terutama ketika mereka kembali mencalonkan diri untuk periode berikutnya di pemilu Senat.
Pemilih dari negara bagian yang dimenangkan Trump berpotensi menghukum Senator yang berani mengambil posisi politik memakzulkan Trump.
Baca juga: Sosok Pelapor Percakapan Telepon Trump dan Presiden Ukraina adalah Pejabat CIA?
Publik Amerika sendiri masih terbelah menyikapi penyelidikan pemakzulan ini. Menurut survei Politico/Morning Consult, masing-masing yang mendukung dan menolak pemakzulan berada di angka 43 persen.
Dukungan pun masih terpolarisasi berdasarkan identitas partai. Yaitu 79 persen pemilih Demokrat mendukung pemakzulan.
Kemudian hanya 10 persen pemilih dari partai penguasa yang menyatakan dukungan. Adapun dari pemilih independen tercatat 39 persen.
Pemakzulan dalam sejarah AS sesungguhnya belum pernah terjadi. Meski, ancaman pemakzulan pernah membuat Richard Nixon memilih mundur pada 1974, demi menghindari pemecatan atas skandal Watergate.
Dua presiden lain gagal dimakzulkan, yakni Andrew Johnson (1868) dan Bill Clinton (1998), setelah DPR AS resmi memecat keduanya, namun digagalkan oleh Senat.
Baca juga: Sosok Whistleblower yang Bikin Trump Terancam Dimakzulkan Masih Misteri