Baca juga: Skandal Trump Desak Presiden Ukraina, Utusan AS untuk Ukraina Mundur
Polarisasi politik di AS antara kubu konservatif dan liberal semakin tajam dalam satu dekade terakhir, terutama sejak terpilihnya Barack Obama sebagai presiden pada 2008.
Senat yang dulunya dikenal sebagai lembaga deliberatif yang bipartisan juga ikut terseret polarisasi. Deadlock atau kebuntuan politik semakin sering terjadi di Majelis Tinggi AS itu.
Jika dahulunya banyak legislasi bipartisan yang dihasilkan, saat ini jangankan menghasilkan produk hukum, jumlah senator yang berdiri di tengah dengan ideologi sentris semakin menyusut.
Senator Demokrat semakin bergerak ke kiri atau liberal sedangkan senator Republik semakin bergerak ke kanan atau konservatif yang memunculkan terjadinya era politik hyper-partisan.
Pelacakan yang dilakukan oleh FiveThirtyEight menunjukan hampir separuh, yaitu 24 Senator Republik mencatatkan angka di atas 90 persen dalam memberikan suaranya mendukung kebijakan atau calon pejabat yang diajukan Gedung Putih Trump.
Baca juga: Trump Pertimbangkan Coret Perusahaan China dari Bursa AS
Senator West Virginia Shelley Moore Capito menduduki urutan teratas dengan meraup angka sebesar 95.7 persen.
Sebanyak 18 Senator berada di rentang 80-90 persen, dan lima senator di rentang 70-80 persen. Jika dijumlah total ada 47 Senator Republik yang sangat konsisten mendukung kebijakan Trump.
Hanya ada enam senator yang sering menentang Trump. Itu pun hanya tiga yang berada di bawah angka 50 persen.
Dua dari tiga senator ini, Lisa Murkowski dari Alaska dan Susan Collins dari Maine, masing-masing dengan 45.5 persen dan 33.3 persen memang dikenal sebagai senator moderat sentris yang kerap berseberangan dengan Trump.
Statistik di atas menunjukkan mencari 20 senator Republiken untuk mendukung pemakzulan bagaikan mencari jarum di jerami bagi kaukus senat Demokrat.