Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Sebut "Whistleblower" Tak Berbeda dengan Mata-mata atau Pengkhianat

Kompas.com - 27/09/2019, 19:58 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

WASHINGTON, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyamakan "whistleblower" yang mengajukan keluhan terhadap dirinya, dengan mata-mata atau pengkhianat.

Identitas sesungguhnya dari sosok whistleblower yang pertama kali melaporkan pembicaraan telepon antara Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky hingga kini belum terungkap.

Meski ada laporan dan kabar yang menyebut sosok pengadu itu adalah anggota Badan Intelijen Pusat atau CIA.

Presiden dan bahkan kepala intelijennya juga mengaku bahwa mereka tidak mengetahui siapa sosok whistleblower yang telah membuat Trump terancam dimakzulkan dari kursi presiden.

Baca juga: Sosok Pelapor Percakapan Telepon Trump dan Presiden Ukraina adalah Pejabat CIA?

"Saya tidak tahu identitas whistleblower. Saya hanya mendengar bahwa dia adalah sosok partisan."

"Saya ingin tahu siapa sosok ini, dan siapa yang sudah membocorkan informasi kepada kepadanya," ujar Trump dalam pertemuan tertutup di PBB, Kamis (26/9/2019).

Selain itu, Trump disebut juga menyamakan sosok whistleblower dengan seseorang yang hampir menjadi mata-mata atau pengkhianat.

"Mereka hampir menjadi mata-mata. Anda tahu apa yang biasa kita lakukan di masa lalu saat kita pintar? Benar? Mata-mata dan pengkhianatan, kita menanganinya dengan sedikit berbeda dari yang kita lakukan sekarang," ujar Trump menurut laporan Los Angeles Times, yang menyiratkan soal eksekusi.

Komentar bernada intimidasi Trump tersebut ternyata memicu kecaman yang datang dari tiga ketua komite DPR AS.

Baca juga: Ada Isu Trump Bakal Dimakzulkan, Apa Dampaknya ke Ekonomi Indonesia?

Raja Kirshnamoorthi mengatakan, seharusnya si pelapor bisa segera menyampaikannya kepada Komite Intelijen DPR AS "sedini mungkin".

"Saya khawatir terhadap sejumlah pernyataan yang dibuat presiden, dan bagaimana dia akan membalas pria ini," ujar politisi keturunan India itu.

Akan tetapi, meski dikecam Trump, tidak sedikit pula yang melontarkan pujian terhadap sang whistleblower yang disebut telah mempertaruhkan karier dan bahkan mungkin keselamatan nyawa mereka.

"Saya ingin berterima kasih kepada sang whistleblower karena keberaniannya. Mereka tidak harus muncul," kata Adam Schiff, ketua Komite Intelijen Dewan AS.

Sementara itu, Andrew Bakaj, yang mengaku adalah pengacara yang ditunjuk oleh sang whistleblower, mengecam segala upaya untuk mengungkap identitas kliennya.

Baca juga: Selain Trump, Ini 3 Presiden AS yang Pernah Menghadapi Pemakzulan

"Setiap tindakan untuk melaporkan informasi mengenai identitas whistleblower sangat memprihatinkan dan ceroboh, karena dapat menempatkan individu itu dalam bahaya," kata Bakaj dikutip The New York Times.

"Whistleblower memiliki hak anonimitas," lanjutnya.

Trump terancam menghadapi pemakzulan setelah Partai Demokrat, yang menguasai DPR AS, mengumumkan proses penyelidikan formal terhadap dirinya.

Trump dituduh telah menyalahgunakan jabatannya sebagai pemimpin pemerintahan AS untuk menekan presiden Ukraina agar menyelidiki mantan wapres Joe Biden.

Joe Biden merupakan kandidat presiden AS dari Partai Demokrat yang diyakini bakal menjadi lawan Trump dalam pemilu presiden AS pada 2020.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com