NEW YORK, KOMPAS.com - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan, mereka harus datang dan meminta ke China jika ingin membangun infrastruktur.
Pernyataan itu dia sampaikan ketika hadir dalam Foreign Relations di sela Sidang Umum PBB yang dilangsungkan di New York, AS.
Awalnya, Mahathir dengan bercanda menyatakan dia adalah "diktator" yang mengundurkan diri. Merujuk kepada masa kekuasaannya pada 1981-2003.
Baca juga: Mahathir Mohamad Berkuasa Paling Lama 3 Tahun Lagi
Dilansir Nikkei Asian Review Jumat (27/9/2019), perbincangan kemudian beralih ke pembahasan antara Malaysia dengan China.
Sebelum berkuasa kembali pada Mei 2018, dia mengkritik pendahulunya, Najib Razak, karena dianggap terlalu condong ke Beijing saat membangun infrastruktur.
Namun setelah kembali ke tampuk kekuasaan, ada anggapan bahwa PM berjuluk Dr M itu terlibat hubungan yang hangat dengan China.
"Kami terpaksa. Karena kami tak bisa melakukannya, maka kami harus memikirkan sesuatu," ujar perdana menteri berusia 94 tahun itu.
Mahathir mengatakan, misinya ketika kembali ke tampuk orang nomor satu Negeri "Jiran" adalah menyelamatkan kondisi keuangan mereka.
Dia menuturkan Malaysia tak punya dana untuk membangun rel kereta. "Jadi suka tak suka, kami harus ke China dan mengajukan permohonan," ujarnya.
"Kami menekankan bahwa kami siap menjadi mitra. Pada akhirnya, saya pikir mereka akan memikirkan mengurangi biayanya," lanjutnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.