Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Tuduh Rezim Assad Gunakan Senjata Kimia Jenis Klorin di Suriah

Kompas.com - 27/09/2019, 18:30 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

NEW YORK, KOMPAS.com - AS menyatakan, rezim Presiden Suriah Bashir al-Assad menggunakan senjata kimia jenis klorin untuk menghantam pemberontak.

Keterangan itu disampaikan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di sela menghadiri Sidang Umum PBB yang berlangsung di New York.

Pompeo mengatakan, Assad menggunakan senjata kimia klorin pada 19 Mei di Provinsi Latakia, dalam upaya merebut benteng terakhir pemberontak di Idlib.

Baca juga: Uni Eropa Beri Sanksi Pejabat Rusia dan Suriah Terkait Kasus Senjata Kimia

Kepada awak media, Pompeo menegaskan AS tidak akan serangan itu, atau membiarkan pihak-pihak yang mencoba menyembunyikannya.

"AS akan terus melanjutkan tekanan kepada rezim Assad untuk mengakhiri kekerasan terhadap warga sipil Suriah, berpartisipasi dalam proses politik PBB," ucapnya.

Pompeo kemudian hadir dalam pertemuan bersama Perancis, Jerman, Arab Saudi, Yordan, dan Mesir di mana mereka tak menoleransi serangan itu.

Utusan Khusus AS untuk Suriah Jim Jeffrey seperti diberitakan AFP Jumat (27/9/2019) menerangkan, empat orang terluka dalam serangan itu.

Meski tidak ada korban jiwa, ini adalah serangan pertama dalam setahun terakhir, dan terdapat kekhawatiran senjata kimia itu akan kembali digunakan.

"Kami khawatir jika rezim, yang infantrinya lemah, bakal kembali menggunakan senjata kimia untuk menutupi kekurangan saat merebut daerah," papar Jeffrey.

Tidak ada verifikasi independen atas serangan yang dilaporkan sudah menewaskan 1.000 orang sejak Damaskus memulai serangannya April 2019.

Baik AS maupun Perancis sebelumnya mengklaim kecurigaan akan senjata kimia. Tetapi menunda keputusan resmi karena butuh banyak penelitian.

Baca juga: Rezim Assad Bertanggung Jawab Terhadap 98 Persen Serangan Kimia di Suriah

Pola Penggunaan Senjata Kimia

Penyelidik internasional menuturkan Assad berulang kali menggunakan senjata kimia kepada warga sipil dalam rangka memenangkan konflik sipil yang menewaskan 370.000 orang.

Mantan Presiden Barack Obama pernah memperingatkan penggunaan senjata pemusnah massal. Tetapi, dia tidak mengerahkan militer untuk membalas.

Namun kebalikannya, Presiden Donald Trump memerintahkan serangan menggunakan 59 rudal penjelajah sebagai respons atas serangan gas sarin di Khan Sheikhoun pada April 2017.

Serangan itu tak menggoyahkan Assad yang mendapat sokongan kuat dari Rusia, yang memveto resolusi Dewan Keamanan PBB dan menempatkan militernya di sana.

Jeffrey yakin, Rusia paham akan serangan itu. "Sangat mengherankan jika ada perwira sebaik mereka yang tidak mengetahuinya," paparnya.

Baca juga: Sebut Pemberontak Suriah Pakai Senjata Kimia, Rusia Lancarkan Serangan Balasan

Pertimbangan Respons

Washington sudah mengumumkan kebijakan dengan menjatuhkan sanksi kepada tiga individu dan lima kapal karena menyediakan bahan bakar bagi pasukan Rusia di Suriah.

Pompeo menyatakan, AS menggelontorkan tambahan dana 4,5 juta dollar AS, sekitar Rp 63,7 miliar, Organisasi Pelarangan Senjata Kimia.

Tetapi mantan Direktur CIA itu ingin AS menggunakan militer, dan menekankan serangan menggunakan klorin berdampak pada sistem pernapasan.

Sementara serangan di Khan Sheikhoun yang membunuh 83 orang menurut catatan PBB menggunakan sarin. Racun saraf yang sangat kuat.

"Jadi ini adalah situasi yang berbeda," ujar Pompeo. Tetapi dia memperingatkan supaya Suriah tidak melakukan serangan itu lagi di masa depan.

Temuan Washington soal senjata kimia terjadi satu pekan setelah PBB menyatakan pembentukan komite yang akan menulis konstitusi baru Suriah.

Kelompok itu bakal berisi baik dari pemerintah maupun oposisi. Meski tak ada konsensus bagaimana arah mereka dalam menulis konstitusi itu.

Baca juga: Assad kepada Kurdi Suriah: Amerika Tidak Akan Melindungi Kalian

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com