PYONGYANG, KOMPAS.com - Korea Utara (Korut) menyatakan, mereka ragu akan pertemuan masa depan jika AS masih terobsesi dan agresif akan pelucutan senjata.
Pernyataan itu disampaikan oleh Kim Kye Gwan, penasihat Kementerian Luar Negeri Korut dalam keterangan tertulis yang dirilis KCNA.
"Washington tak melakukan apa pun terkait implementasi pernyataan gabungan pertemuan pertama AS dan Korea Utara di Singapura," ulas Kim.
Baca juga: Jepang: Ancaman Militer China Lebih Berbahaya Dibanding Senjata Nuklir Korea Utara
Dilansir AFP Jumat (27/9/2019), Kim mengecam AS karena menggelar latihan perang dengan Korea Selatan (Korsel), yang dipandang Korut sebagai persiapan invasi.
Dia mengeluh meski Pyongyang sudah berusaha mendapatkan kepercayaan, AS masih "terobsesi" dengan kebijakan sanksi hingga terjadi denuklirisasi.
"Ini membuat saya ragu apakah bakal ada terobosan bagi relasi AS-Korut, maupun rencana pertemuan di masa mendatang," ucap Kim.
Meski begitu, Kim memuji Presiden Donald Trump yang dianggapnya mempunyai kebijakan berbeda dari pendahulunya, Presiden Barack Obama.
Kim mengatakan, dia ingin "meletakkan masa depan" dialog dua negara kepada kebijakan Trump yang dinilainya "bijak namun kuat".
"Saya dan Kementerian Luar Negeri Republik Rakyat Demokratik Korea (nama resmi Korut) akan mengikuti kebijakan masa depan AS," katanya.
Pernyataan Korut terjadi dua pekan setelah Korut memberhentikan Penasihat Keamnan Nasional John Bolton yang dikenal keras terhadap Korut.
Trump mengkritik pendekatan Bolton menyamakan Korut dengan Libya, dan sempat mengutarakan bakal mencoba "pendekatan baru" terhadap Pyongyang.
Negara komunis itu bereaksi dengan memuji pemecatan terhadap Bolton, dan menyebutnya sebagai "sampah manusia menjijikkan".
Negosiasi dua negara sempat buntu sejak pertemuan kedua Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Hanoi, Vietnam, Februari 2019.
Namun, keduanya berjanji bakal melanjutkan perundingan setelah bertemu di Panmunjom yang masuk Zona Demiliterisasi pada akhir Juni lalu.
Meski begitu, pertemuan level tinggi untuk membahas denuklirisasi Semenanjung Korea masih urung dilaksanakan.
Baca juga: Korea Utara Sambut Baik Usul Metode Baru Trump dalam Pembicaraan Denuklirisasi
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.