Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pentagon Siap Kerahkan Rudal Patriot, THAAD, dan 200 Tentara ke Arab Saudi

Kompas.com - 27/09/2019, 10:41 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber CNBC

WASHINGTON, KOMPAS.com - Departemen Pertahanan Amerika Serikat, pada Kamis (26/9/2019), mengumumkan rencana mengirimkan sistem rudal Patriot, radar, dan sekitar 200 personel pendukung ke Arab Saudi.

Pengiriman tersebut dilakukan menyusul adanya permintaan dari pemerintah kerajaan Saudi dan serangan terhadap fasilitas kilang minyaknya awal bulan ini.

"Menteri Pertahanan Mark Esper telah menyetujui untuk menempatkan pasukan tambahan dalam persiapan dan tinggal menunggu perintah pemberangkatan," kata juru bicara Pentagon, Jonathan Hoffman, dalam pernyataan tertulis.

"Meski tidak ada keputusan yang telah dibuat untuk mengerahkan pasukan tambahan ini, mereka akan tetap pada berada pada kesiagaan tinggi," lanjut pernyataan itu, dikutip CNBC.

Baca juga: Diminta Arab Saudi, Pentagon Bakal Kirim Pasukan Bantuan ke Wilayah Teluk

Pasukan tambahan yang disiagakan tersebut, termasuk dua unit peluncur rudal Patriot, serta satu unit sistem pertahana rudal THAAD.

THAAD merupakan salah satu sistem pertahanan rudal paling canggih di dunia yang mampu menargetkan serangan rudal musuh yang masuk dan meledakkannya jauh di ketinggian.

Rudal pencegat THAAD, yang ditembakkan dari perangkat peluncur berbasis truk, menggunakan energi kinetik untuk mengirimkan serangan mematikan ke rudal balistik yang mengancam.

"Penting untuk dicatat bahwa langkah-langkah ini merupakan wujud komitmen kami terhadap mitra regional dan keamanan serta stabilitas di Timut Tengah," ujar Hoffman.

Baca juga: Tanggapi Serangan ke Pabrik Minyak Saudi, Pentagon Buat Daftar Target Iran ke Trump

Sebelumnya, Selasa (24/9/2019), Presiden AS Donald Trump telah mengecam dugaan peran Iran dalam serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi.

Trump, yang berbicara di hadapan para pemimpin dunia dalam Sidang Majelis Umum PBB pun menyerukan masyarakat internasional untuk menekan Teheran agar mau melakukan pembicaraan diplomatik.

"Semua negara memiliki kewajiban untuk bertindak," kata Trump dalam seruannya untuk melawan perilaku Iran.

"Tidak ada pemerintah yang harus bertanggung jawab atas tindakan Iran yang haus darah. Selama perilaku mengancam Iran berlanjut, sanksi tidak akan dicabut dan akan terus diperketat," lanjut Trump.

Baca juga: AS Kirim Sistem Rudal Kendali THAAD dalam Latihan Militer Bersama Israel

Sementara Presiden Iran Hassan Rouhani, pada Rabu (25/9/2019), menyatakan bahwa pihaknya tidak akan pernah setuju untuk berbicara dengan AS selama masih berada di bawah tekanan.

"Tanggapan kami terhadap pembicaraan di bawah tekanan adalah tidak!" kata Rouhani dalam pidatonya di Sidang Umum PBB di New York.

Konfrontasi antara AS dengan Iran yang saling bermusuhan itu telah kembali bergejolak setelah serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi pada 14 September lalu, di mana Washington dan Riyadh menuding Teheran ada di balik serangan.

Namun Rouhani mengatakan, masih ada peluang untuk membuka jalan dialog, yakni dengan mencabut semua sanksi yang telah dijatuhkan Washington pada Teheran dan menghormati resolusi Dewan Keamanan PBB.

Baca juga: Pentagon Kembangkan Peluru Artileri Pintar yang Mampu Cari Target Sendiri

Ditambahkan Rouhani, satu-satunya cara untuk mengamankan perdamaian dan keselamatan di Teluk adalah memperkuat "konsolidasi antara semua negara dengan kepentingan bersama di Teluk Persia dan wilayah Hormuz".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com