Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gedung Putih Berusaha "Kunci" Transkrip Percakapan Trump dan Presiden Ukraina

Kompas.com - 26/09/2019, 21:05 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC,AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Gedung Putih berusaha "menutupi" transkrip percakapan antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Kabar itu diembuskan dari salah satu sumber pejabat intelijen yang mengeluhkan percakapan itu, melalui keterangan yang dirilis Kongres.

Baca juga: Perbincangannya dengan Trump Jadi Polemik, Apa Kata Presiden Ukraina?

"Saya telah menerima informasi dari beberapa pejabat bahwa Presiden AS menggunakan kekuasaannya untuk meminta campur tangan negara asing Pilpres 2020," ujar si pelapor.

Dilansir AFP Kamis (26/9/2019), sumber Gedung Putih menuturkan mereka memberitahunya soal substansi percakapan Trump dan Presiden Ukraina.

Si pejabat intelijen mengaku, orang yang memberitahunya berujar mereka menjadi saksi bagaimana Trump menyalahi kekuasaan demi keuntungan pribadinya.

"Dalam beberapa hari setelah percakapan telepon, saya diberi tahu ada pejabat senior Gedung Putih yang mencoba 'mengunci' seluruh rekaman," ujarnya.

Dilansir BBC, yang dimaksud "mengunci" adalah transkrip itu tidak disimpan dalam sistem komputer yang biasanya memuat informasi sejenis.

Namun sebaliknya, si pejabat senior malah memasukkannya ke sistem terpisah untuk menyimpan "informasi sensitif dan bersifat rahasia".

Aksi si pejabat Gedung Putih, menurut si pelapor, menunjukkan betapa sensitifnya materi pembicaraan antara Trump dengan Zelensky.

Kemudian, si pelapor mengatakan dia diberi tahu bagaimana staf Gedung Putih "diperintahkan" oleh pengacara untuk menghapus transkrip rekaman dari sistem normal.

Dalam transkrip yang akhirnya dirilis, Trump berulang kali meminta Presiden Ukraina 41 tahun itu untuk menyelidiki anak Biden, Hunter.

Buntut dari terkuaknya kabar itu, DPR AS yang dimotori oposisi Demokrat mengumumkan penyelidikan pemakzulan presiden 73 tahun itu.

Trump menanggapi dengan menyatakan dia menjadi korban "perburuan penyihir", dan mengeluh Ketua DPR Nancy Pelosi membiarkan posisinya digeser oleh kelompok sayap kiri.

Baca juga: Trump Heran Dia Bakal Dimakzulkan karena Percakapan Telepon

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com