Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Sebut Alasan Pemakzulan Dirinya adalah Sebuah Lelucon

Kompas.com - 26/09/2019, 11:33 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut alasan yang digunakan Partai Demokrat untuk penyelidikan pemakzulan dirinya sebagai lelucon.

Partai Demokrat, yang menguasai Dewan Perwakilan Rakyat AS, resmi mengumumkan penyelidikan formal terhadap Presiden Trump dengan tuduhan telah memeras Presiden Ukraina.

Trump dituding telah menyalahgunakan jabatan dengan berulang kali mendesak Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk membuka penyelidikan terhadap mantan wakil presiden Joe Biden.

Trump telah membantah tuduhan itu meski laporan transkrip percakapan teleponnya dengan Zelensky, yang dirilis Gedung Putih, mengonfirmasi bahwa Trump telah meminta bantuan Ukraina untuk menyelidiki Biden.

Baca juga: Terancam Dimakzulkan, Apa Kesalahan Presiden Trump?

Namun, catatan percakapan yang tidak disajikan dalam kata per kata itu tidak menunjukkan kaitan antara permintaan bantuan penyelidikan Biden dan langkah Trump menangguhkan bantuan militer AS untuk Ukraina, sesuatu yang dibutuhkan Demokrat untuk membuktikan tudingannya kepada presiden.

"Mereka (Demokrat) mendapat pukulan keras dalam 'Witch Hunt' ini ketika mereka melihat informasi tersebut. Itu adalah lelucon," kata Trump dalam konferensi pers, Rabu (25/9/2019).

"Dimakzulkan karena itu? Saat Anda mengadakan pertemuan yang hebat atau melakukan percakapan telepon yang luar biasa?" kata presiden, dikutip AFP.

Trump telah menegaskan bahwa dirinya tidak memberi tekanan kepada Ukraina dan klaim tersebut dikuatkan pernyataan Zelensky yang muncul berdampingan seusai pertemuannya dengan presiden AS di sela-sela Sidang Umum PBB.

Baca juga: Trump Terkonfirmasi Minta Bantuan Presiden Ukraina untuk Selidiki Joe Biden

Zelensky mengatakan bahwa tidak ada satu pun pihak yang bisa menekan dirinya.

"Tidak ada yang bisa menekan saya karena saya adalah presiden sebuah negara merdeka," ujar Zelensky di New York kepada saluran berita Rusia, Rossiya 24, Rabu (25/9/2019).

"Satu-satunya orang yang dapat menekan saya adalah putra saya, yang berusia enam tahun," lanjut Zelensky, yang dikenal sebagai mantan komedian sebelum terpilih sebagai presiden.

Sementara Trump dan sekutu-sekutunya menyebut transkrip itu tidak menunjukkan bukti penyalahgunaan kekuasaan. Pihak Demokrat memiliki penilaian berbeda dan melihatnya sebagai bukti memberatkan yang tak terbantahkan.

"Beginilah cara seorang bos mafia berbicara," ujar anggota parlemen senior dari Partai Demokrat, Adam Schiff.

Baca juga: Dirinya Hendak Dimakzulkan, Trump Telepon Ketua DPR AS

"Apa yang telah Anda lakukan untuk kami? Kami telah melakukan begitu banyak untuk Anda, tetapi tidak ada timbal balik. Saya ingin bertanya kepada Anda."

"Dan bantuan apa itu? Tentu saja adalah untuk menyelidiki lawan politiknya, untuk menyelidiki Biden," ujarnya.

Ringkasan transkrip percakapan tersebut menyederhanakan pembicaraan telepon selama 30 menit menjadi 12 menit.

Di antaranya menyebutkan Trump mengatakan kepada Zelensky bahwa Jaksa Agung AS Bill Barr dan pengacara pribadi Trump, Rudy Giuliani, akan menghubunginya.

Selain itu, meski tidak menunjukkan keterkaitan penangguhan bantuan ke Ukraina dengan desakan menyelidiki Biden, kedua pihak sempat membahas tentang paket bantuan bernilai hampir 400 juta dollar AS atau Rp 5,6 triliun itu.

Trump juga meminta bantuan kepada Zelensky untuk masalah yang tidak berhubungan dengan Biden sesaat setelah menyebut bahwa AS sangat baik kepada Ukraina.

Baca juga: Presiden Ukraina: Satu-satunya yang Bisa Menekan Saya adalah Putra Saya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com