LONDON, KOMPAS.com - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menghadiri agenda Sidang Umum PBB di New York, AS, pada Selasa (24/9/2019).
Namun keputusan Johnson untuk terbang ke New York menggunakan pesawat pribadi dan bukan penerbangan sipil ternyata menuai kritik.
Perdana menteri terbang ke dan dari New York menggunakan jet Voyager Airbus A330 milik Angkatan Udara Kerajaan (RAF).
Jet Voyager tersebut, yang dalam konfigurasi sipil mampu mengangkut 335 penumpang, di-setting dengan 58 kursi kelas bisnis.
Baca juga: Boris Johnson Ultimatum Pemilu Dini Jika Parlemen Halangi No Deal Brexit
Kritik pun datang dari Komite Perubahan Iklim yang memperingatkan tentang polutan yang dihasilkan dari penerbangan.
"Polutan dari penerbangan menaikkan suhu iklim dan menghasilkan kira-kira dua kali lipat efek pemanasan hanya dari CO2 saja," kata komite.
Komite independen menyerukan "penetapan biaya karbon, retribusi bagi pengguna penerbangan yang sering, serta langkah-langkah fiskal untuk memastikan pajak penerbangan tidak lebih rendah dibandingkan sektor transportasi lain".
Setelah menyampaikan pidato di PBB dan bertemu dengan sejumlah pemimpin negara, Boris Johnson langsung kembali ke Inggris.
Baca juga: Boris Johnson: Saya Lebih Baik Mati daripada Menunda Brexit
Disampaikan Anna Hughes, direktur kampanye Flight Free UK, pesawat Airbus A330 yang digunakan perdana menteri membutuhkan bahan bakar sekitar 30 ton untuk melakukan perjalanan melintasi Samudra Atlantik antara bandara JFK, New York dengan bandara Heathrow di London.
"Untuk tim satu orang menanggung tanggung jawab atas begitu banyak gas efek rumah kaca yang dihasilkan dari penerbangan itu, tidak hanya berbahaya dalam hal pemanasan global, namun juga menunjukkan kurangnya pemahaman mendasar tentang skala tantangan yang kita hadapi," ujar Hughes, dikutip The Independent.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan