Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahathir Bawa Isu Rohingya ke Sidang Umum PBB, Desak Masyarakat Internasional Bertindak

Kompas.com - 25/09/2019, 18:02 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

NEW YORK, KOMPAS.com - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad meminta kepada masyarakat internasional untuk mengambil tindakan guna menyelesaikan krisis Rohingya.

Mahathir, dalam pidatonya di Sidang Umum PBB di New York, Selasa (24/9/2019), menekankan bahwa masalah yang dialami Rohingya di Rakhine, Myanmar merupakan bentuk genosida.

Mahathir pun mendesak kepada dunia internasional untuk bertindak mengatasi krisis Rohingya karena pemerintah Myanmar tidak menunjukkan keseriusannya dalam menyelesaikan isu etnis ini.

"Mari kita mulai menyebut yang sesungguhnya. Apa yang terjadi di negara bagian Rakhine adalah genosida," ujar Mahathir di sela-sela sesi Sidang Majelis Umum PBB.

Baca juga: 3.500 Pengungsi Rohingya di Bangladesh Dibebaskan untuk Kembali ke Myanmar

"Apa yang terjadi adalah pembunuhan massal, pemerkosaan yang sistematis, dan bentuk pelanggaran HAM berat lainnya," tambah Mahathir dikutip Channel News Asia.

Ratusan ribu warga etnis Rohingya telah dipaksa meninggalkan kampung halaman mereka di Rakhine dan menyeberang ke Bangladesh, setelah mendapat tindakan keras dari militer Myanmar pada Agustus 2017.

Sejak saat itu sebanyak 740.000 pengungsi Rohingya tinggal di kamp-kamp pengungsian yang menyebabkan mereka rentan dieksploitasi kejahatan.

"Dan semakin lama para pengungsi berada di kamp-kamp tersebut, situasi mereka akan semakin menyedihkan," ujar Dr M.

"Para pengungsi menjadi rentan terhadap bentuk eksploitasi lainnya. Mereka menjadi sasaran kejahatan lintas batas, seperti perdagangan manusia dan perbudakan seks, misalnya."

"Dengan kata lain, mereka hanya akan bisa melihat masa depan suram yang menanti mereka," kata Mahathir.

Baca juga: Kisah Pengungsi Rohingya Merajut Asa Lewat Sekolah, Mimpi Jadi Dokter atau Insinyur

Mahathir juga menyoroti sikap otoritas Myanmar yang menolak akses pejabat PBB dan pekerja bantuan kemanusiaan yang hendak membantu warga Rohingya yang masih ada di Rakhine.

"Jika Myanmar tidak menyembunyikan apa pun, mengapa tidak mengizinkan pihak lain menilai situasi di Rakhine? Biarkan para pejabat dan pekerja bantuan datang, memeriksa dan membantu mereka yang tinggal di kamp-kamp," ujar perdana menteri.

Repatriasi atau pemulangan, kata Mahathir, harus menjadi prioitas utama Myanmar untuk menunjukkan keseriusan dalam mengatasi krisis Rohingya. Namun, dua upaya pemulangan yang disiapkan telah gagal.

"Alasannya jelas. Tidak akan ada yang bersedia kembali jika mereka merasa keselamatan jiwa mereka tidak terjamin."

"Dalam hal ini, Malaysia tetap bertahan bahwa repatriasi harus dilakukan dengan cara yang aman, sukarela, dan bermartabat," ujar Mahathir.

Baca juga: Kelompok Kriminal dan Ekstremis Kuasai Kamp Pengungsi Rohingya di Bangladesh

Mahathir menambahkan hal itu hanya bisa dilakukan dengan memberikan jaminan kewarganegaraan penuh kepada pengungsi Rohingya.

"Tetapi otoritas Myanmar telah memanipulasi masalah Rohingya dengan menghasut rasa takut, kebencian, dan kekerasan. Sehingga hanya mempertimbangkan gagasan pemberian kewarganegaraan tidak dapat diterima."

Mahathir mengatakan bahwa jelas pemerintah Myanmar tidak ingin mengambil tindakan apa pun untuk menyelesaikan krisis etnis ini.

"Oleh karena itu, terserah kepada kita, masyarakat internasional, untuk melakukan sesuai tentang situasi ini," ujarnya.

"Kami berharap pihak lain akan bergabung dengan kami dan Bangladesh dalam tekad kami mengakhiri kesengsaraan yang dialami Rohingya. Kita harus mengakhiri krisis dan kita harus melakukannya sekarang," kata Mahathir.

Baca juga: Nasib Pengungsi Rohingya, Edarkan Narkoba dan Ditembak Pasukan Bangladesh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com