Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Mawlamyine, Kota yang Ditinggalkan Penduduknya

Kompas.com - 21/09/2019, 18:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

MAWLAMYINEatau Moulmein, adalah kota di Asia Tenggara seperti halnya Sandakan, Bacolod, dan Songkhla yang memiliki kejayaan masa lalu.

Namun, seiring berjalannya waktu, kejayaan itu memudar dan kini tak lagi menjanjikan. Sebuah tempat yang sangat ingin ditinggalkan kaum muda demi mencari pekerjaan dan uang.

Kota berpopulasi kurang dari 300.000 penduduk ini merupakan ibu kota Negara Bagian Mon yang setidaknya memiliki populasi sebesar tiga juta penduduk. Kota ini memiliki hawa yang menyedihkan dan seakan terabaikan dari peradaban.

Tahun-tahun kejayaannya memang telah lewat lebih dari satu setengah abad yang lalu, antara 1826 dan 1852.

Pada saat itu, Inggris mengubah kota pelabuhan sepi yang terletak di pertemuan Sungai Salween, Ataran dan Gyaing ini menjadi sebuah pusat kota yang menyimpan kekayaan Burma di pesisir Tenasserim.

Mawlamyine berada di sekitar 300 kilometer tenggara Yangon atau enam jam perjalanan darat. Dahulu perjalanan antara Yangon-Mawlamyine jauh lebih sulit, namun perbaikan jalan raya nasional dan pembangunan jembatan-jembatan baru telah membawa kedua kota semakin dekat

Meski demikian, pembangunan sejauh ini belum menciptakan peningkatan signifikan di sektor industri atau lapangan pekerjaan. Alih-alih, hal ini tampaknya justru membuat orang-orang lebih mudah untuk meninggalkan Mawlamynie.

Terlebih lagi, dengan perbatasan Myanmar-Thailand di Mae Sot yang hanya empat jam ke arah timur bila melewati jalan raya yang baru diperbaharui, membuat Negara Gajah Putih ini semakin mudah diakses.

Pembangunan jalan-jalan dan jembatan menghubungkan Yangon dan Mawamyine menjadi lebih dekat. Tapi hingga kini belum tercipta peningkatan signifikan di sektor industri atau lapangan pekerjaan.Tim Ceritalah Pembangunan jalan-jalan dan jembatan menghubungkan Yangon dan Mawamyine menjadi lebih dekat. Tapi hingga kini belum tercipta peningkatan signifikan di sektor industri atau lapangan pekerjaan.
Apalagi Thailand memiliki lapangan pekerjaan dengan bayaran lebih tinggi: sekitar 8 – 10 dollar AS per hari, lebih dari dua kali lipat jumlah manapun yang ditawarkan Myanmar.

Mengingat jaraknya yang dekat, tidak mengherankan bila hampir semua orang yang ditemui Tim Ceritalah berharap mendapat peluang kerja di luar negeri. Diperkirakan sekitar 10 – 20% dari populasi Myanmar tinggal atau bekerja di luar negeri – statistik yang sebanding dengan yang terjadi di Filipina.

Negara Bagian Mon adalah daerah penghasil karet terbesar di Myanmar. Pada masa jayanya, karet akan menjadi sumber pendapatan utama daerah.

Namun, dengan harga global yang terus melemah, komoditas tersebut menjadi sama sekali tidak menguntungkan – bahkan bagi banyak pedagang yang memasok karet ke pasar Tiongkok yang cukup besar.

Pelabuhan yang terlihat indah juga sama sepinya. Hanya ada satu kapal yang merapat di dermaga selama Tim Ceritalah berkunjung ke Mawlamynie.

Sulit membayangkan bahwa kota ini dulunya merupakan pusat kegiatan daerah yang penting, dan juga pusat pembuatan kapal besar yang mengandalkan pasokan kayu jati yang dari hulu Sungai Salween.

Burma adalah salah satu koloni Inggris terkaya dan paling menguntungkan. Kaya akan sumber daya alam, Rangoon (Yangon) bahkan mampu menyaingi pelabuhan terbesar di koloni Inggris lainnya, dari Bombay, Singapura hingga Liverpool. Namun, kehadiran Inggris di Myanmar bukan untuk beramah-tamah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com