Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Peringatkan Guru dan Mahasiswa Hindari Lokasi Pemilihan Presiden atau Berisiko Mati

Kompas.com - 18/09/2019, 18:15 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber Reuters,AFP

KABUL, KOMPAS.com - Taliban memperingatkan kepada warga sipil, guru, mahasiswa, dan tenaga pendidik di Afghanistan untuk menghindari lokasi pemilihan presiden atau akan menghadapi risiko kematian.

Pemilihan presiden Afghanistan akan digelar pada 28 September mendatang. Penyelenggaraan pemilu tersebut biasanya akan menggunakan gedung sekolah sebagai lokasi pemilihan.

"Jangan biarkan penyelenggaraan pemilihan mengubah sekolah dan institusi Anda menjadi pusat pemilihan. Juga jangan biarkan guru dan siswa bekerja sebagai staf pemilihan," kata Taliban dalam pernyataannya.

"Kami tidak ingin menyebabkan hilangnya nyawa dan kerugian finansial bagi warga sipil, guru, dan siswa," lanjut pernyataan kelompok tersebut.

Baca juga: Kampanye Presiden Afghanistan Diserang Bom Bunuh Diri Taliban, 24 Orang Tewas

Pemilihan presiden dalam 10 hari mendatang di Afghanistan akan menjadi pemilihan presiden keempat sejak pasukan koalisi yang dipimpin AS menggulingkan pemerintahan Taliban pada 2001.

Taliban telah bersumpah untuk menganggu jalannya proses pemungutan suara, yang digelar setelah berakhirnya perundingan perdamaian antara kelompok militan tersebut dengan Amerika Serikat.

Dilansir Reuters, sekolah dan perguruan tinggi menjadi tujuh hingga delapan dari sepuluh lokasi yang dipilih untuk menjadi pusat pemungutan suara di seluruh negeri.

Meski tidak ada guru, pengajar, pelajar, atau pejabat pendidikan yang dipekerjakan sebagai pekerja pemilihan, mereka tetap dapat menjadi sukarelawan, kata juru bicara komisi pemilihan Afghanistan, Abdul Aziz Ibrahimi.

Baca juga: Taliban: Ada 2 Cara Mengakhiri Pendudukan di Afghanistan, Jihad atau Negosiasi

"Kami berkomitmen untuk menyelenggarakan pemilihan pada tanggal yang telah diumumkan dan ancaman dari Taliban semacam itu telah menghalangi kami dari menggelar pemilu," kata juru bicara itu.

Kementerian Pendidikan tidak segera bisa dihubungi untuk dimintai komentar, namun PBB dan donor internasional telah meminta untuk membantu pemilihan karena infrastrukturnya telah sedikit berkembang.

Sebelumnya, pada Selasa (17/9/2019), telah terjadi dua kali serangan di Afghanistan yang diklaim telah dilancarkan oleh Taliban.

Salah satu serangan itu menyasar lokasi yang digunakan untuk kampanye Presiden Ashraf Ghani, di Charikar, ibu kota provinsi Parwan.

Serangan yang dilakukan pengendara sepeda motor yang meledakkan diri di sebuah pos pemeriksaan itu menewaskan hingga 26 orang dengan 42 lainnya luka-luka.

Baca juga: Tentara AS Tewas dalam Serangan di Afghanistan, Trump Batalkan Negosiasi Damai dengan Taliban

Selang satu jam kemudian, ledakan lain terjadi di pusat ibu kota Kabul, di dekat kedutaan AS. Jumlah korban tewas dalam ledakan kedua mencapai 22 orang dan 38 lainnya terluka.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, serangan tersebut sengaja dilakukan dengan bertujuan mengganggu agenda pemungutan suara pada 28 September mendatang.

"Kami sudah memperingatkan orang-orang untuk tidak menghadiri kampanye pemilihan. Jika mereka menderita kerugian maka itu adalah tanggung jawab mereka sendiri," kata pernyataan itu.

Perempuan dan anak-anak termasuk di antara korban, demikian dilaporkan direktur Rumah Sakit Parwan, Abdul Qasim Sangin kepada AFP.

Baca juga: Trump: Perundingan Damai dengan Taliban Sudah Mati

Presiden Ghani yang berada di lokasi serangan tidak terluka. Dia pun mengecam serangan itu dan menyebut Taliban tidak memiliki kepentingan yang nyata dalam rekonsiliasi.

"Saat Taliban melanjutkan kejahatan mereka, mereka sekali lagi membuktikan bahwa mereka tidak tertarik pada perdamaian dan stabilitas di Afghanistan," kata Ghani dalam sebuah pernyataan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters,AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com