Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komentar BJ Habibie soal "Little Red Dot" Bikin Singapura Angkat Bicara

Kompas.com - 12/09/2019, 06:30 WIB
Ericssen,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

SINGAPURA, KOMPAS.com – Wafatnya presiden ketiga RI Bacharuddin Jusuf Habibie, dikenal juga sebagai BJ Habibie, menjadi sorotan sejumlah media internasional. Tak terkecuali surat kabar Singapura, The Straits Times.

Surat kabar terbesar di Singapura itu menurunkan berita dengan judul Former Indonesian president Habibie, who described Singapore as a 'little red dot', dies aged 83.

“Little Red Dot” adalah istilah yang sering dipakai untuk mendeksripsikan Singapura yang memiliki luas wilayah yang sangat kecil sehingga terlihat seperti titik merah di peta.

Baca juga: Khofifah Sebut BJ Habibie Juga Terkenal Sebagai Sosok Romantis dan Penuh Cinta

Tidak banyak yang tahu bahwa ternyata, julukan yang ditanggapi sebagai simbol kebanggaan publik Negeri "Singa" itu rupanya dipopulerkan oleh BJ Habibie ketika dia menjabat sebagai presiden.

Kosakata ini keluar dari Habibie ketika dia diwawancara The Asian Wall Street Journal pada 4 Agustus 1998, hanya berselang tiga bulan setelah dilantik menggantikan Soeharto.

Ketika itu, Habibie merasa bahwa Singapura tidak menganggapnya sebagai sahabat di tengah krisis ekonomi yang diderita setahun sebelumnya.

Saat krisis yang membuat GDP Indonesia anjlok 15 persen, Singapura tidak mengalami dampak signifikan meski secara perekonomian mereka juga mengendur karena kurangnya permintaan.

BJ Habibie kemudian menuju peta, dan menunjuk. "Bukan masalah. Lihat, Indonesia punya 211 juta penduduk. Seluruh wilayah berwarna hijau adalah Indonesia. Dan titik merah itu adalah Singapura.” katanya saat itu.

Kontan saja, pernyataan Little Red Dot atau titik merah kecil yang keluar dari presiden kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, itu membuat publik Singapura berang karena dianggap sebagai hinaan.

Bahkan perdana menteri yang menjabat saat itu, Goh Chok Tong, sampai menanggapinya dengan kesal di pidato nasional kenegaraan yang disampaikan pada 23 Agustus 1998.

Goh kemudian angkat bicara dengan memberikan argumentasi mengapa mereka memberikan sikap yang dipandang BJ Habibie seakan tidak menganggapnya.

PM yang menggantikan Lee Kuan Yew pada 1990 hingga 2004 itu menguraikan kondisi ekonomi Indonesia yang terpuruk karena krisis moneter 1997.

Baca juga: Jejak BJ Habibie di Dunia Olahraga Tanah Air

"Kami menginginkan Indonesia yang stabil dan sejahtera. Indonesia adalah negara tetangga dan mitra dagang utama Singapura. Kolapsnya Indonesia jelas akan merugikan Singapura.” katanya.

Goh kemudian menyindir bahwa negaranya dengan "ekonomi yang kecil" bakal memberikan bantuan kepada Indonesia dalam taraf seperlunya.

"Kami hanya memiliki tiga juta penduduk. Singapura hanyalah titik merah kecil di peta. Bagaimana mungkin kami bisa menolong 211 juta penduduk Indonesia?" sindir Goh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com