Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/09/2019, 06:10 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Presiden RI Bacharuddin Jusuf Habibie atau dikenal sebagai BJ Habibie meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto pada Rabu (11/9/2019) petang.

Di dunia internasional, sosok BJ Habibie dikenal karena karyanya di bidang kedirgantaraan, termasuk di antaranya adalah mengembangkan pesawat Airbus A-300B.

Kemudian di dunia politik, dia juga dikenang karena melakukan liberalisasi kebebasan pers serta partai politik dan menghelat pemilu dini pada 1999.

Baca juga: BJ Habibie Meninggal, Fadli Zon: Kita Kehilangan Putra Terbaik Bangsa

Meski menjabat singkat, yakni selama setahun, BJ Habibie pernah mengucapkan sebuah kutipan yang kemudian menjadi populer dan melegenda di Singapura.

Kutipan itu adalah little red dot atau titik merah kecil. Kalimat itu dia ucapkan sebagai bentuk kritik dalam artikel yang dipublikasikan Asian Wall Street Journal 4 Agustus 1998.

Dilansir Mothership Mei 2018, kutipan itu muncul setelah Indonesia kolaps pasca-dihantam krisis finansial 1997 dengan GDP negara anjlok hingga menyentuh 15 persen.

Namun, di sisi lain Singapura tidak menderita terlalu parah meski ekonomi mereka melambat sebagai dampak dari menurunnya permintaan dan kepercayaan di Asia Tenggara.

Krisis ekonomi yang melanda memaksa Presiden Soeharto mengundurkan diri. Penerusnya, BJ Habibie, merasa bahwa Negeri Singa tidak antusias menerimanya.

Bahkan, pendiri sekaligus perdana menteri pertama Lee Kuan Yew menyatakan pasar bakal menyambut negatif dengan rupiah bakal anjlok jika Habibie menjadi wakil presiden.

Sikap Singapura itu dilaporkan membuat Habibie langsung menunjuk peta di sela-sela wawancara dan kemudian mengucapkan kutipan yang menjadi sangat kontroversial.

"Tidak apa-apa bagi saya. Tetapi di sini ada 211 juta rakyat (di Indonesia). Seluruh area hijau ini adalah Indonesia. Sementara titik merah kecil (little red dot) adalah Singapura," katanya saat itu.

Sebagai tanggapan, PM saat itu Goh Chok Tong dalam kampanyenya 23 Agustus 1998 kemudian menyindir bahwa Singapura bakal membantu Indonesia meski wilayah mereka kecil.

Goh mencontohkan GDP mereka saat itu adalah 82 miliar dollar AS. Hanya 1 persen dari Amerika Serikat (8,1 triliun dollar AS) ataupun Jepang (4,1 triliun dollar AS).

Bahkan mereka hanya seperlima dari GDP Australia (395 miliar dollar AS). Goh menyebut bahwa negaranya dan Indonesia tidak berada di level yang sama.

Baca juga: Kerabat Mulai Persiapkan Kedatangan Jenazah BJ Habibie di Rumah Duka Kuningan

"Kami hanya berpopulasi tiga juta penduduk. Hanya sebuah titik merah kecil di peta. Jadi, apa yang bisa dihasilkan Indonesia dari 211 juta warganya?" kata Goh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com