Individu yang identitasnya dirahasiakan itu memberi informasi bahwa Putin memerintahkan langsung intervensi Rusia di Pilpres AS 2016 demi memenangkan Trump.
Si informan itu juga yang menghubungkan Putin dengan upaya peretasan Komite Nasional Demokrat, yang berujung kepada munculnya pesan memalukan dengan puncaknya kekalahan Hillary Clinton.
Berdasarkan pemberitaan The New York Times Senin (9/9/2019), mata-mata itu dikenal sebagai aset paling berharga AS yang mereka tempatkan di Moskwa.
Kekhawatiran akan kesalahan menangani informasi sensitif diutarakan pejabat intelijen AS tidak saja pasca-pertemuan Trump dengan Lavrov dan Kislyak.
Pada Juli 2017, Trump bertemu Putin dalam agenda bilateral di sela pertemuan G-20 di Hamburg, Jerman. Saat itu, dia melakukan langkah tak biasa dengan menyita catatan juru penerjemah.
Setelah itu, komunitas intelijen AS kembali khawatir jika presiden dari Partai Republik itu kembali mendiskusikan informasi rahasia kepada Putin.
Baca juga: Trump: Klaim Iran Tangkap Agen Rahasia CIA Benar-benar Ngawur
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.