Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/09/2019, 06:53 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan, perundingan damai dengan Taliban sudah "mati" menyusul pembatalan pertemuan rahasia dengan pemberontak Afghanistan itu.

"Mereka sudah mati. Sejauh yang saya tahu, (perundingan damai) itu sudah mati," kata presiden dari Partai Republik itu kepada awak media di Washington.

Pernyataan itu terjadi setelah Trump mendadak membatalkan rencana pertemuan rahasia pemimpin Taliban di fasilitas kepresidenan AS di Camp David di luar Washington.

Baca juga: Tentara AS Tewas dalam Serangan di Afghanistan, Trump Batalkan Negosiasi Damai dengan Taliban

Dilansir AFP Senin (9/9/2019), Trump kemudian menyatakan bahwa serangan AS kepada gerilyawan itu kembali sengit sejak invasi lebih dari satu dekade silam.

"Selama empat hari terakhir, kami sudah menekan musuh kami lebih keras daripada yang terjadi dalam 10 tahun silam!" kata Trump dalam kicauannya di Twitter.

Kemudian pada Minggu (8/9/2019), Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengklaim militer AS sudah meluluhlantakan setidaknya ribuan Taliban dalam 10 hari terakhir.

Efek Cambukan

Dengan gusar, Trump membantah bahwa efek cambukan yang timbul karena pernyataannya itu menjadi penyebab kekacauan yang terjadi di Afghanistan.

Hingga akhir pekan ini, terdapat ekspektasi bahwa perundingan damai akan membuat AS menurunkan jumlah pasukannya di Afghanistan. Gantinya, Taliban menawarkan keamanan.

Namun tiba-tiba pada Sabtu (7/9/2019), presiden berusia 73 tahun itu membatalkan negosiasi yang sedianya bakal dia pimpin sendiri di fasilitas Camp David.

Trump menuturkan pembatalan pertemuan itu terjadi setelah Taliban mengaku sebagai pelaku bom bunuh diri di Kabul yang menewaskan 12 orang, salah satunya serdadu AS.

Pembatalan yang dia umumkan sendiri di Twitter membuat publik Amerika baru "ngeh" bahwa ternyata presiden ke-45 AS itu sudah merencanakan pertemuan rahasia itu.

Banyak elite politik di Washington yang terkejut dan marah setelah tahu Taliban diundang ke tempat mereka. Apalagi jelang peringatan tragedi 11 September 2001, atau 9/11.

Terdapat juga kekhawatiran soal karakteristik tak terprediksi dari gaya negosiasi Trump. Tapi dia membantah adanya keretakan dari pemerintahannya, terutama Wakil Presiden Mike Pence.

Dalam twit-nya, dia menuduh para jurnalis sengaja memicu kericuhan di Gedung Putih yang dia sebut sama sekali tidak ada. Dia berkata tidak punya pandangan lain atas kebijakannya.

"Dalam hal mengambil pandangan dari para penasihat, saya memutuskan untuk menuruti kata hati saya sendiri," ujar Trump ketika bertemu dengan wartawan.

Baca juga: Trump: Pasukan AS Akan Tetap di Afghanistan Meski Ada Kesepakatan Damai dengan Taliban

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com