Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Demonstran Minta Bantuan Presiden AS untuk "Bebaskan" Hong Kong

Kompas.com - 08/09/2019, 16:11 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber Reuters

HONG KONG, KOMPAS.com - Ribuan pengunjuk rasa pro-demokrasi kembali turun ke jalan dan menggelar aksi meski pemerintah Hong Kong telah memutuskan mencabut RUU Ekstradisi.

Massa demonstran, pada Minggu (8/9/2019), membawa tuntutan mereka ke Konsulat Amerika Serikat. Mereka menyanyikan lagu kebangsaan AS dan meminta kepada Presiden Donald Trump untuk "membebaskan" Hong Kong dari penguasaan China.

Dalam aksi pada akhir pekan ke-14, pengunjuk rasa membawa bendera nasional AS dan plakat bertuliskan seruan untuk pembebasan Hong Kong.

Peserta aksi juga meneriakkan seruan pembebasan seperti "Berjuang untuk kebebasan, berdiri bersama Hong Kong" atau "Tolak Beijing, bebaskan Hong Kong"

Baca juga: RUU Esktradisi Hong Kong Dicabut, Upaya China Mendinginkan Krisis?

"Dengan AS saat ini sedang terlibat perang dagang dengan AS, ini adalah kesempatan bagi kami untuk menunjukkan (kepada AS) bagaimana kelompok pro-China juga melanggar hak asasi manusia di Hong Kong dan membiarkan kekerasan polisi," ujar Cherry (26), seorang pekerja industri keuangan, yang turut dalam aksi unjuk rasa menuju Konsulat AS terdekat.

"Kami ingin pemerintah AS membantu melindungi hak asasi manusia di Hong Kong," tambahnya.

Sementara Menteri Pertahanan AS, Mark Esper, yang sedang berada di Paris, pada Sabtu (7/9/2019), mendesak kepada otoritas China untuk menahan diri dalam mengatasi konflik politik di Hong Kong.

Seruan itu disampaikan Esper saat polisi Hong Kong melakukan pencegahan terhadap massa pengunjuk rasa yang hendak menghalangi akses menuju bandara.

Baca juga: Pemimpin Hong Kong: China Dukung RUU Ekstradisi Dicabut

Polisi Hong Kong juga kembali melepaskan tembakan gas air mata ke arah pengunjuk rasa yang sedang berjalan di disrik pada penduduk di Mong Kok, Sabtu (7/9/2019) malam.

Wakil Presiden AS Mike Pence juga sempat menyerukan kepada Pemerintah China untuk memperlakukan para demonstran Hong Kong secara lebih manusiawi, memperingatkan bahwa akan sulit bagi Washington mencapai perjanjian perdagangan dengan Beijing jika ada kekerasan.

China membantah tuduhan telah mencampuri urusan Hong Kong dan mengatakan bahwa konflik di kota itu adalah urusan internal.

Beijing juga mengecam aksi protes, menuduh AS dan Inggris telah turut mengobarkan kerusuhan, dan memperingatkan risiko kerusakan ekonomi.

Baca juga: Pemimpin Hong Kong Putuskan Cabut RUU Ekstradisi, Ini 4 Faktanya

Sebelumnya, pemimpin eksekutif Hong Kong Carrie Lam telah mengumumkan konsesi yang bertujuan untuk mengakhiri aksi protes, yakni dengan resmi mencabut RUU Ekstradisi yang kontroversial, yang menjadi pemicu serangkaian unjuk rasa hingga berbulan-bulan.

Namun banyak pihak, termasuk aktivis pro-demokrasi yang menyebut konsesi tersebut terlalu sedikit dan sudah terlambat, meski Carrie Lam menyatakan keputusan pencabutan RUU itu didukung Beijing.

Departemen Luar Negeri AS, pada gilirannya, telah memperbarui saran perjalanan atau travel advisory, bagi warga Amerika yang hendak ke Hong Kong.

Mereka memperingatkan bahwa warga AS dan staf konsuler telah menjadi sasaran kampanye propaganda yang baru-baru ini dilancarkan China dengan menuduh AS "menimbulkan kerusuhan".

Baca juga: Hong Kong Putuskan Cabut RUU Ekstradisi yang Kontroversial, tapi...

Kendati demikian, tingkat risiko secara keseluruhan tetap pada level terendah kedua dari skala empat tingkat, setelah dinaikkan pada 7 Agustus untuk menggambarkan meningkatnya kekerasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com