Selama perjuangan merebut kemerdekaan di Zimbabwe, Mugabe dikenal sebagai pemimpin kulit hitam paling militan, dengan permintaan yang tak bisa dikompromikan.
Tetapi kemampuan negosiasi yang diperlihatkannya membuat Mugabe memperoleh pujian dari lawan politiknya, dan media pun menjulukinya sebagai "gerilyawan pemikir".
Baca juga: Robert Mugabe Klaim Kopernya yang Hilang Berisi Uang Rp 14 Miliar
Sesuai dengan Kesepakatan Istana Lancaster pada 21 Desember 1979, Rhodesia kemudian dinamakan sebagai Zimbabwe sesuai situs arkeologi Great Zimbabwe.
Pada 17 April 1980. Mugabe dilantik menjadi PM pertama Zimbabwe. Namun terjadi perselisihan antara ZANU dan ZAPU setahun kemudian.
Pada 1985, Mugabe kembali terpilih kembali jadi perdana menteri di tengah konflik yang baru berhenti dua tahun kemudian.
Penyebabnya adalah sekelompok misionaris yang tak sengaja terbunuh oleh pendukung Mugabe, dan membuat sang PM serta Nkomo bertemu.
Perseteruan keduanya diakhiri dengan kesepakatan membentuk Front Patriotik ZANU (ZANU-PF) fokus kepada pemulihan ekonomi negara.
Beberapa pekan setelah penggabungan itu, pada Desember 1987 sesuai konstitusi yang berlaku Mugabe diangkat sebagai presiden menggantikan Canaan Banana.
Dua tahun setelah menjabat, dia memperkenalkan kebijakan lima tahun yang bertujuan agar petani bisa menentukan harga sendiri.
Di akhir kebijakan itu, ekonomi perlahan-lahan meningkat dan membuat Mugabe bisa membangun klinik hingga sekolah bagi warga kulit hitam.
Baca juga: Koper Berisi Uang Sejumlah Rp 2,1 Miliar Milik Mugabe Hilang Dicuri
Pada 1983, dia memecat pemimpin ZAPU Joshua Nkomo dari kabinet dan memicu pemberontakan di Ndebele. Mugabe merespons dengan brutalitas elemen militer Zimbabwe yang berlatih bersama Korea Utara (Korut).
Segera setelah itu, dia seolah tanpa lawan dengan terpilih pada 1990, 1996, dan 2002 dengan pemilu yang tingkat keterbukaannya semakin lama semakin dipertanyakan.
Mugabe menempatkan dirinya sebagai "Pria Tua Bijaksana" di mana bagi pemujanya, Mugabe dianggap memberikan peningkatan di sektor kesehatan dan pendidikan kulit hitam.
Namun bagi dunia Barat, dia dipandang sebagai sosok pemimpin otoritas yang tidak saja salah dalam mengurus ekonomi, namun juga kerap menggunakan kekerasan untuk mempertahankan kekuasaan.
Baca juga: Pemerintah Zimbabwe Tolak Mengekstradisi Istri Mugabe
Perlahan, ekonomi Zimbabwe kolaps di pemerintahannya dengan bantuan internasional didatangkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya sejak hiperinflasi terjadi 1990-an.