Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putin Umumkan Rusia Bikin Rudal Baru yang Dilarang Pakta Nuklir Era Perang Dingin

Kompas.com - 05/09/2019, 20:35 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber Reuters

VLADIVOSTOK, KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa negaranya akan memproduksi rudal yang dilarang di bawah pakta nuklir era Perang Dingin yang berakhir bulan lalu, usai ditinggalkan Amerika Serikat.

Akan tetapi Putin juga menegaskan bahwa Moskwa tidak akan meluncurkan rudal-rudal tersebut, kecuali jika AS melakukannya terlebih dahulu.

"Tentu saja kami akan memproduksi rudal seperti itu," kata Putin dalam forum ekonomi di kota Vladivostok, di mana dia mengulangi janji Moskwa untuk tidak mengerahkan rudal barunya, kecuali AS melakukannya terlebih dahulu.

Baca juga: AS Uji Coba Rudal Terlarang, Putin Perintahkan Aksi Balasan

Putin menyampaikan, Moskwa telah mendesak AS untuk menurunkan eskalasi dalam perlombaan senjata yang terjadi di antara kedua mantan musuh era Perang Dingin, namun Washington tidak memberikan tanggapan.

Pemimpin Rusia itu mengatakan dirinya prihatin dengan pernyataan AS tentang penempatan rudal di Jepang dan Korea Selatan, pengerahan yang disebut akan mampu menjangkau wilayah Rusia.

"Kami tidak senang dengan fakta yang menyebut Pentagon bermaksud untuk menempatkan rudal mereka di Jepang dan Korea Selatan. Ini membuat kami sedih dan menjadi penyebab kekhawatiran tertentu, kata Putin, dikutip Reuters.

Ketegangan atas kendali senjata nuklir telah meningkat setelah Washington secara resmi menarik diri dari Perjanjian Nuklir Jarak Menengah (INF) bulan lalu.

Baca juga: AS Uji Coba Rudal, Rusia: Kami Tidak Akan Bereaksi Terhadap Provokasi

Washington menuduh Rusia telah melanggar pakta senjata nuklir era Perang Dingin, yang telah dibantah Moskwa.

AS dan NATO menuduh Rusia mengembangkan rudal terbaru 9M729 yang melanggar INF. Namun Rusia membantah dan menegaskan rudal itu menjangkau jarak kurang dari 500 kilometer.

Perjanjian yang ditandatangani Presiden AS Ronald Reagan dan Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev pada tahun 1987 itu dipuji sebagai kesepakatan paling bersejarah.

INF melarang adanya pengembangan rudal, baik nuklir maupun konvensional, yang mampu menjangkau jarak antara 500 hingga 5.500 kilometer, dan senjata yang telah dimiliki harus dihancurkan.

Kesepakatan itu kemudian berujung kepada penghancuran 2.692 rudal pada 1991, di mana sebagian besar senjata yang dihancurkan adalah rudal jarak menengah.

Baca juga: Keluar dari Perjanjian Nuklir, AS Uji Coba Rudal Jelajah Jarak Menengah

Namun bulan lalu, AS mengumumkan telah sukses menguji coba rudal jelajah jarak menengah.

Dalam pernyataannya, Pentagon menjelaskan rudal itu diluncurkan dari pangkalan angkatan laut Pulau San Nicolas, di pesisir Los Angeles.

"Rudal itu telah diluncurkan dan secara akurat mengenai target setelah terbang melampaui jarak 500 kilometer," kata Pentagon, Senin (19/8/2019).

Putin mengatakan, pihaknya telah menawarkan kepada Presiden AS Donald Trump melalui panggilan telepon baru-baru ini kesempatan untuk membeli salah satu senjata nuklir hipersonik yang dikembangkan Moskwa.

Baca juga: Putin: Jika AS Kembangkan Rudal Jarak Menengah, Rusia Juga Akan Melakukannya

Dia mengatakan Trump menolak tawaran itu dan membalas dengan mengatakan bahwa Washington membuat senjatanya sendiri.

Putin mengatakan, dirinya khawatir jika perlombaan persenjataan dapat meluas hingga ke luar angkasa dan Washington bakal mengembangkan persenjataan ruang angkasa baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com