Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin Hong Kong Bakal Tarik UU Ekstradisi, Pendemo: Sudah Terlambat

Kompas.com - 04/09/2019, 18:17 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Reuters,AFP

HONG KONG, KOMPAS.com - Para pendemo menanggapi dingin pengumuman yang disampaikan pemimpin Hong Kong Carrie Lam bahwa dia bakal mencsbut UU Ekstradisi yang menjadi penyebab krisis tiga bulan terakhir.

Salah satunya adalah Joshua Wong. Tokoh protes pro-demokrasi 2014. "Terlalu sedikit. Sudah terlambat," ujar Wong dalam tulisan statusnya di Facebook.

Dilansir AFP Rabu (4/9/2019), Wong memperingatkan dunia untuk tidak tertipu taktik yang sedang dilakukan oleh pemerintah Hong Kong, maupun China daratan.

Baca juga: Hong Kong Putuskan Cabut RUU Ekstradisi yang Picu Gelombang Demontrasi

"Mereka tidak mengakui apa-apa, dengan tindakan keras skala penuh tengah dipersiapkan," ujar pendiri kelompok aktivis Scholarism berusia 22 tahun itu.

Sikap skeptis juga datang dari Boris Chen, seorang pegawai layanan finansial. Kepada Reuters, dia mengatakan pengumuman Lam itu tak akan meredakan pendemo.

"Nantinya seiring waktu, orang-orang akan mempunyai isu terbaru yang bakal membuat mereka marah," kata Chen. Warga lainnya, Pearl, berujar massa sudah tidak peduli dengan UU Ekstradisi.

"Beberapa dari mereka mungkin berubah pikiran. Namun itu hanya angka kecil. Namun banyak dari mereka yang ingin menciptakan keonaran," keluh perempuan 69 tahun itu.

Tanda bahwa aksi protes bakal tetap berjalan sudah tersirat dalam forum percakapan daring yang menjadi dasar pergerakan bagi massa pusat finansial dunia itu.

Dalam pesan Telegram yang dibagikan di antara pendemo, massa menyebutkan lebih dari 1.000 rekan mereka ditangkap polisi, dengan tak terhitung korban luka.

"Lima tuntutan utama. Tidak kurang. Mari kita bebaskan Hong Kong. Revolusi dimulai saat ini." Demikian pesan yang menyebar di kalangan pengunjuk rasa itu.

Sikap itu muncul setelah dalam pernyataan video yang dirilis kantornya, Lam mengumumkan dia bakal mencabut UU Ekstradisi segera setelah parlemen dibuka kembali Oktober mendatang.

Diperkenalkan sejak Februari ini, UU Ekstradisi itu pada dasarnya diciptakan untuk mengirim kembali pelaku kejahatan ke berbagai tempat, termasuk China.

Masuknya China kemudian menjadi kekhawatiran tersendiri karena aktivis pro-demokrasi takut jika yurisdiksi unik yang jadi bagian "satu negara, dua sistem" bakal terhapuskan.

Aksi protes itu pertama kali berlangsung pada 31 Maret. Namun Juni menjadi tolok ukur setelah oposisi mengklaim pergerakan mereka diikuti oleh jutaan orang.

Aksi pendemo itu jelas menjadi tantangan besar bagi China yang menerima Hong Kong dari Inggris pada 1997. Beijing berulang kali mengecam aksi protes tersebut.

Tekanan dan krisis besar selama tiga bulan terakhir sempat membuat Lam mengaku dia ingin mengundurkan diri jika bisa memilih, berdasarkan rekaman yang bocor ke publik.

Baca juga: Pemimpin Hong Kong Berniat Cabut UU Ekstradisi yang Kontroversial

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters,AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com