Dua perdana menteri pendahulu Johnson bahkan dibuat tidak berdaya oleh krisis politik yang telah menguras energi politik negeri Ratu Elizabeth II itu.
David Cameron mengundurkan diri setelah hasil mengejutkan referendum, di mana dia berkampanye agar Inggris bertahan di Uni Eropa.
Sementara Theresa May dipaksa mundur setelah kesepakatan Brexit yang diajukannya ditolak tiga kali oleh parlemen, termasuk oleh kolega partainya sendiri.
Johnson menyebut kesepakatan May sudah mati dan pemerintahannya harus mendapatkan kesepakatan baru, gagasan yang ditolak mentah-mentah oleh Uni Eropa yang tidak bersedia kembali ke meja perundingan.
Baca juga: Dituduh Bohong soal Brexit, Boris Johnson Akan Hadapi Persidangan
Partai Konservatif yang berkuasa pun menjadi terpecah belah, dengan kubu utama adalah pendukung Brexit garis keras yang dipimpin Johnson. Kubu ini tidak ingin lagi menunda Brexit serta tidak mempermasalahkan no deal.
Kubu lainnya adalah pendukung Brexit moderat yang dipimpin Hammond dan Gauke, yang bersikukuh kesepakatan harus tercapai sebelum Inggris keluar dari Uni Eropa.
Sementara itu juga ada kubu oposisi Partai Buruh dan Partai Liberal Demokrat yang terpecah antara blok yang menginginkan kesepakatan dengan blok lain dan yang mengajukan ide untuk menggelar referendum kedua.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.